10 persen dari Teroris yang dibebaskan akan kembali ke Ekstremisme, kata Dr Noor Huda Ismail

SINGAPURA, INAKORAN
Mantan teroris yang dibebaskan setelah menjalani hukuman penjara rentan kambuh, dan pemerintah daerah harus waspada dan bekerja untuk mengintegrasikan mereka kembali ke masyarakat, kata seorang ahli anti-terorisme.
Setidaknya 10 persen dari teroris yang dibebaskan akan kembali ke ekstremisme , kata Dr Noor Huda Ismail, peneliti tamu di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam.
Pihak berwenang juga harus bekerja dengan mitra non-tradisional, seperti mantan pemimpin agama dan anggota keluarga teroris, untuk membantu mereka menghindari kekambuhan, katanya kepada Asia Now CNA pada Kamis (8 Desember).
Isu reintegrasi mantan teroris menjadi sorotan menyusul peristiwa belakangan ini, seperti pembebasan salah satu pelaku bom di Bali tahun 2002 secara bersyarat dan serangan bom bunuh diri yang terjadi di sebuah kantor polisi di Bandung pada hari Rabu.
BACA:
Dr. Huda Ingatkan Pemerintah Daerah akan Bahaya Mantan Napi Teroris
Pada tahun 2002, Umar Patek adalah bagian dari kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda yang meledakkan perangkat di sebuah bar dan klub malam, menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia, dalam serangan teror paling mematikan dalam sejarah Indonesia.
Dia dibebaskan setengah dari hukuman penjara 20 tahunnya, meskipun ada permintaan berulang kali dari pemerintah Australia untuk menahannya di balik jeruji besi.
Dr Huda mengatakan bahwa pembebasan itu adalah “keputusan nasional” oleh pemerintah Indonesia, yang tidak akan mendengarkan pemerintah asing sebagai masalah kebanggaan nasional.
TAG#UMAR PATEK, #BOM BALI, #PERAKIT BOM BALI, #ISIS, #NII
190216730
KOMENTAR