3 Strategi Tingkatkan Wisata Kuliner Versi Menpar Arief Yahya

Binsar

Thursday, 27-06-2019 | 17:11 pm

MDN
Menpar, Arief Yahya [ist]

"Kemenpar siap kembangkan destinasi wisataa kuliner sebagai strategi meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia"

 

Jakarta, Inako –

Wisata kuliner semakin diminati para wisatawan baik lokal maupun mancanegara dalam tahun terakhir. Karena itu, Kementerian Pariwisata terus mencai strategi baru meningkatkan wisata kuliner Indonesia, sehingga semakin dikenal di luar negeri.

Dalam konferensi pers di Kementerian Pariwisata Jakarta, beberapa waktu lalu, Menteri Arief Yahya menjelaskan, ada tiga strategi yang perlu dijalankan untuk menarik wisatawan mancanegara melalui wisata kuliner di Indonesia.

 

Ketiga strategi itu adalah menetapkan destinasi kuliner, menentukan nasional foodi dan ketiga adalah meningkatkan kuliner Indonesia  dengan melakukan co-branding pada restoran-restoran Indonesia yang sudah ada di luar negeri.

"PR-nya bagaimana menarik wisman ke sini. Yang pertama adalah Indonesia belum memiliki national food. Saya contohkan, kalau Thailand ada Tom Yum, Malaysia dengan nasi lemak. Ini namanya problem of plenty karena punya banyak makanan," kata Arief.

Arief menjelaskan soto ditetapkan menjadi kuliner nasional yang diputuskan oleh lima lembaga/kementerian dipimpin oleh Badan Ekonomi Kreatif. Hal itu karena soto banyak terdapat di sejumlah wilayah Indonesia.

Namun, Kementerian Pariwisata memutuskan sendiri ada lima kuliner nasional, yakni soto, rendang, nasi goreng, sate dan gado-gado. Bahkan, tiga di antara makanan tersebut telah ditetapkan oleh CNN sebagai World Most Delicious Food.

Strategi kedua untuk meningkatkan wisata kuliner Indonesia adalah menetapkan destinasi kuliner. Kemenpar pun tengah melakukan sertifikasi tiga kota sebagai destinasi wisata kuliner, yakni Bali, Bandung dan Yogyakarta.

"Tahun 2018 saya harapkan Bali sudah jadi destinasi kuliner, dan bisa di-copy ke Bandung," kata Menpar.


 

Kemudian, cara ketiga meningkatkan kuliner Indonesia dalah dengan melakukan co-branding pada restoran-restoran Indonesia yang sudah ada di luar negeri.

Menpar mengakui bahwa tidak banyak restoran Indonesia di luar. Yang berkembang pesat justru restoran makanan Thailand sekitar 16 ribu lebih outlet, apalagi restoran makanan China dan Jepang yang tidak bisa dihitung.

"Strategi nya saya ubah dengan co-branding restoran. Kemenpar berkewajiban mempromosikan restoran tersebut. Kita bekerja sama dengan pengusaha restoran itu, sudah saya tanda tangan waktu rakor," kata Arief.

KOMENTAR