Ahli Memprediksi Jakarta Akan Tenggelam Tahun 2050

Binsar

Saturday, 18-01-2020 | 10:20 am

MDN
Pemanfaatan air tanah menyebabkan permukaan tanah di Jakata menurun [ist]

Jakarta, Inako

Para ahli telah memprediksi Kota Jakarta bisa tenggelam tahun 2050. Prediksi itu didasari oleh analisis bahwa permukaan air laut akan mengalami kenaikan setinggi 25 hingga 50 centimeter (cm) pada tahun 2050 sehingga berpotensi akan menggenangi sebagian besar kota pesisir di Indonesia termasuk Jakarta.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Sri Sunarti Purwaningsih mengatakan, untuk konteks Jakarta, tingginya penggunaan air dari tanah sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari- hari, menjadi sebab utama menurunnya permukaan tanah di DKI.

Terkait hal itu, sejumlah peneliti memprediksi bahwa Jakarta berpotensi tenggelam pada 2050 akibat penurunan muka tanah (landsubsidence) karena penggunaan air tanah yang tidak terkendali.

Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta Heru Hermawantosaat, penggnaan air tanah memang tidak bisa dicegah sebab pengadaan air dari saluran perpipaan belum menjangkau seluruh kawasan di Jakarta.

"Sumber air itu problem milik DKI. Artinya kebutuhan air bersih Nakarta solusinya dipenuhi oleh daerah lain," kata dia.

"Karena kalau ngandelin Jakarta ya cuma punya air bawah tanah. Kan problem ini. Selama penduduknya besar, terus bangunan banyak, ya mau ga mau ketersediaan dari air tanah karena belum tersedia air dari saluran perpipaan," kata Heru.

Menurut Heru, saat ini, layanan air perpipaan baru dirasakan oleh 40-60 persen penduduk baik di pemukiman maupun gedung-gedung bertingkat seperti pusat perbelanjaan dan kantor.

"Sekarang layanan air pipa yang tersedia sekitar 40 sampai 60 persen. Masyarakat ya tetap masih bergantung air tanah," katanya.

"Contoh deketnya sekitar kita permukiman pasti pada pakai air tanah kan? Apalagi gedung- gedung pemukiman yang tinggi," kata dia.

"Itu menampung KK banyak ya nyedot airnya lebih banyak kalau saluran air pipanya belum masuk," kata Heru.

Selaras dengan Dinas Citata DKI, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta pun membenarkan penggunaan air tanah masih tinggidi Jakarta.

"Ya masih banyak yang pakai air tanah, namun yang jelas kami akan mengupayakan penggunaan air tanah perlahan-lahan dikurangi dan masyarakat menggunakan air pipa," kata Sekretaris SDA DKI Dudi Gardesi.

Meski demikian, Dudi belum mengetahui secara detil upaya lebih lanjut karena sebelumnya masalah air bersih di Jakarta dipegang oleh Dinas Perindustrian dan Energi DKI yang saat ini dilebur dengan Dinas Ketenagakerjaan DKI.

KOMENTAR