Akademisi: Negara Ciptakan Kesan FPI Seakan ‘Powerfull’

Kupang, Inako
Fakta memperlihatkan bahwa eksistensi Ormas Front Pembela Islam (FPI) selama ini terkesan sangat powerfull. Hal itu paling tidak nampak jelas dari sepak terjang organisasi itu dalam berbagai aktivitas yang mereka lakukan dalam berbagai peristiwa nasional yang terjadi selama ini.
Terkait FPI yang terkesan powerfull itu, akademisi Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang, MSi berpendapat, bahwa hal itu sebenarnya terjadi karena mengatakan negara tidak tegas terhadp ormas itu.
Atang menggambarkan ketidaktegasan negara (pemerintah) itu dengan menggunakan istilah layang-layang. Menurutnya, selama ini pemerintah mempraktikkan politik layang-layang kepada Front Pembela Islam (FPI).
"Artinya, dalam urusan dengan FPI, pemerintah tidak tegas dalam menerapkan aturan dan selalu tarik ulur," katanya, di Kupang, Sabtu (4/1/20).
Menurut dia, kekuatan negara terletak pada kemampuannya mengendalikan perilaku masyarakat, termasuk FPI.
"Kasus FPI terkesan negara didikte, namun fakta menunjukkan bahwa ada pembangkangan yang dilakukan oleh FPI agar terkesan pada publik bahwa ormas ini memiliki 'powerfull', padahal sebenarnya secara realitas FPI berada pada posisi 'powerless'," katanya.
Dengan demikian, kata dia, ormas yang tidak tunduk pada negara harus dilihat sebagai bentuk resistensi, sehingga perlu ditindak jika melanggar hukum.
Menurut dia, FPI bukan ancaman, dan bukan pula kekuatan yang harus ditakuti.
FPI hanyalah kumpulan orang-orang yang ingin mencari panggung, maka politik kompromistis yang diterapkan oleh negara harus dihentikan dan digantikan dengan politik ketegasan.
"Hal ini penting agar opini soal FPI tidak digoreng ke mana-mana," kata mantan Pembantu Rektor I UMK ini.
TAG#FPI, #Pemerintah
190215913
KOMENTAR