Angin Kencang Melanda Perairan Bintan, Ratusan Nelayan Enggan Melaut

Bintan, Inako –
Ratusan nelayan di perairan Bintan, Batam, Kepri enggan melaut akibat angin kencang yang menerpa wilayah perairan itu dalam minggu belakangan ini. Akibatnya, sejumlah nelayan terpaksa mencari pekerjaan lain secara serabutan, guna mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup harian keluarga mereka.
Seperti yang dialami oleh Haryani (42) salah seorang Nelayan Bintan yang kerap mengarungi beberapa perairan di Bintan di antaranya, Mangkil, Mapur, Marapas dan Sungai Kecil. Ia memilih tidak melaut selama musim Angin Selatan.
“Ombak besar dan angin kencang, musim selatan tak melaut, takut ombak dan angin kencang, apalagi pompong saya ukurannya kecil,” ujar pria yang akrab disapa Dondong ini, Senin (13/8/2018).
Untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, Dondong menyampaikan selama musim Angin Selatan, dirinya pun beraktivitas di daratan, untuk mencari nafkah. Dia mengaku, menjadi buruh harian sebagai porter (pengangkut barang) di pelabuhan yang tidak jauh dari kediamannya.
“Kalau pagi sampai siang, kerja serabutan di pelabuhan, angkat-angkat barang, setidaknya ada dapat uang harian, tapi tidak besar jika dibandingkan pendapatan nangkap ikan, karena angkut barang tergantung jumlah kapal yang datang dan barang yang diangkut,” ujarnya.
Namun Dondong tidak kehabisan akal, disamping kegiatannya sebagai pekerja serabutan selama musim angin selatan. Dia terbilang salah satu nelayan kreatif. Dimana, sebelum musim Selatan tiba, dia sudah mengumpulkan uang untuk mendirikan tangkul udang, di sungai mangrove yang juga tidak jauh dari kediamannya.
Menurutnya, membangun tangkul bisa menambah penghasilan harian yang dia dapat, karena kerja serabutan sebagai buruh harian, tidak cukup untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

“Didekat rumah ada sungai mangrove, disana saya buat tangkul udang, kalau saat sekarang memang udangnya belum begitu banyak, tapi adalah seons dua ons perhari, karena sekarang belum musim udang,” ujarnya.
Dia menyampaikan, musim Angin Selatan sudah berlangsung kurang lebih selama sebulan yang terjadi di Perairan Bintan. Dari kebiasaannya yang dia alami, musim Angin Selatan akan berakhir di penghujung bulan Agustus. Dan ombak di laut menurutnya sudah teduh di bulan September.
“Bulan September sudah bisa melaut lagi, karena udah sebulan musim Angin Selatan, jadi bulan September saya sudah bisa menangkap ikan di laut,” pungkasnya.
Selain kehidupan para nelayan yang sulit akibat angin kencang, harga ikan di daerah itu juga melonjak. Hal ini diakibatkan, lantaran berkurannya pasokan ikan dari para nelayan tradisional yang kebanyakan mengandalkan pompong kecil untuk melaut.
“Harga naik karena nelayan banyak yang tidak melaut, akibat musim Angin Selatan karena ombak besar,” ujar Heri seorang pedagang ikan di salah satu pasar.
Dia mengungkapkan, lonjakan harga ikan saat ini pun terbilang tinggi dibandingkan di hari biasa, sebelum musim Angin Selatan.
TAG#Angin Kencang, #Perairan Bintan, #Nelayan Bintan, #Kerja serabutan
198736842

KOMENTAR