Anies Kagum dengan Sistem Lingko Dalam Tradisi Manggarai

Sifi Masdi

Tuesday, 20-08-2019 | 13:46 pm

MDN
Dari Ki-ka: Kedua (dari kiri) Ketua KPM Yosefina Agatha Syukur, Vincent Siboe, Anies Baswedan, Inno Samsul saat menyaksikan Festival Budaya Manggarai di Taman Mini, Jakarta, Minggu (18/8/2019) [inakoran/inaTv]

Jakarta, Inako

Gubernur DKI Anies Baswedan mengakui terinspirasi dengan sistem Lingko dalam pembagian sawah atau ladang di Manggarai. Sistem Lingko ini diadopsi oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk membangun sistem transportasi publik yang terintegrasi.

Simak video Ina Tv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju.

 

“Jakarta secara khusus dan saya sendiri juga, terinspirasi oleh sebuah sistem Lingko  yang dibangun di Manggarai. Kami bangun sistem transportasi publik yang terintegrasi di Jakarta. Tapi gagasannya adalah bahwa transportasi bukan hanya sekedar memindahkan badan dari satu tempat ke tempat lainnya, namun ruang interaksi antarwarga,” kata Anies dalam acara Festival Budaya Manggarai di Taman Mini, Jakarta, Minggu (18/8/2019).

Komunitas Perempuan Manggarai bersama dengan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM di Taman Mini, Jakarta, Minggu (18/8/2019) [inakoran/inaTv]

 

Sekedar diketahui Lingko berasal dari tradisi Manggarai untuk menyebut sistem pembagian lahan sawah atau ladang (kebun)  oleh leluhur Manggarai yang  dilakukan secara berpusat. Dimana titik nolnya berada di tengah-tengah lahan ulayat yang akan dibagi-bagi.

Polanya dengan menarik garis panjang dari titik tengah yang dalam bahasa Manggarai disebut lodok hingga ke bidang terluar atau cicing. Filosofinya mengikuti bentuk sarang laba-laba, dimana lodok, bagian yang kecil berada di bagian dalam (tengah) dan keluarnya makin lama semakin berbentuk lebar.

Gubernur Anies Baswaden saat memberikan sambutan pada acara Festival Budaya Manggarai, di Taman Mini, Jakarta, Minggu (18/8/2019) [inakoran/inaTv]

 

Anies kemudian mengadopsi sistem Lingko ini untuk penataan sistem transportasi publik di Jakarta dengan nama Jak Lingko. Istilah Jak Lingko (sebelumnya bernama OK Otrip) merupakan program transportasi satu harga untuk satu kali perjalanan. Program ini memungkinkan penumpang membayar hanya satu kali bayar sebesar Rp 5.000 (atau Rp 3.500 selama masa ujicoba) untuk kemudian menggunakan berbagai layanan bus kecil hingga Transjakarta selama 3 jam. Program ini dianggap akan menurunkan biaya transportasi warga sebanyak 30 persen.

Terkait dengan sistem transportasi, Anies mengatakan bahwa kalau Jakarta tidak memiliki trasnportasi umum, maka warga akan berangkat kerja sendiri-sendiri, dan tidak pernah bertemu satu sama lain.

“Kalau tidak punya transportasi umum maka warga tidak bisa bertemu satu sama lain. Yang jadi Direktur naik mobil sementara yang office boy naik motor, sehingga tidak pernah ketemu karena tidak ada transportasi publik yang menggabungkan,” tambahnya.

Ilustrasi sistem Lingko di Manggarai [ist]

 

Menurut Anies, dengan adanya transportasi publik seperti  MRT, Transjakata, maka kedudukan tidak menentukan tempat duduk di dalam mobil tersebut karena semuan setara. “Mau bos atau karyawan, semuanya setara di transportasi publik,” tegasnya.

“Kita mau bangun sistem transportasi yang menggabungkan. Lalu kita kemudian terinspirasi sebuah konsep sawah yang ada di Manggarai yaitu sistem Lingko. Kami pinjam kata Lingko itu untuk menggambarkan transportasi umum sebagai sebuah sistem yang tersambung satu sama lainnya. Sebuah sistem yang ada ikatan kekerabatan dan interaksi di baliknya. Jadi bukan hanya sekedar barang fisik yang pindah dari satu tempat ke tempat lainnya,” tambah mantan Mendikbud itu.

Mengakhiri sambutannya, Anies menyampaikan terimakasih kepada warga Manggarai yang telah membuat inovasi sistem Lingko yang bisa diadopsi di Jakarta dan bahkan di tingkat nasional. “Mudah-mudahan ini juga merupakan sebuah promosi budaya Manggarai,” tuturnya di hadapan peserta dan penonton festival.

 





 

 

KOMENTAR