Bank Dunia Ingatkan Indonesia akan Terjadi Capital Outflow yang Besar

Sifi Masdi

Friday, 06-09-2019 | 21:42 pm

MDN
Kantor Bank Dunia [ist]

Jakarta, Inako

Ancaman resesi global semakin menggema. Ini terindikasi dari perlambatan perekonomian di sejumlah negara di dunia yang turut menyeret perekonomian Indonesia. 

Hal ini tergambar dari riset Bank Dunia, Kamis (5/9), bertajuk Global Economic Risks and Implications for Indonesia, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus menurun di tengah perlambatan ekonomi global. 

Simak video InaTv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia Maju.

 

“Pertumbuhan PDB Indonesia akan berlanjut menurun akibat lemahnya produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja yang melambat,” terang Bank Dunia.

Selain itu, menurunnya harga komoditas dunia juga akan semakin menekan perekonomian Indonesia. 

Bank Dunia menggambarkan, setiap 1 poin persentase (percentage point) penurunan ekonomi China, berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 percentage point

Pada resesi 2009, misalnya, pertumbuhan ekonomi global turun hingga 6,2% dari tahun 2007, disertai dengan harga komoditas yang jatuh. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat 1,7%. 

Perlambatan ekonomi global, ditambah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut, potensi resesi ekonomi AS, juga pelemahan ekonomi Eropa dan China, dipandang Bank Dunia bakal memicu arus keluar modal (capital outflow) yang lebih besar. 

“Ini dapat menyebabkan suku bunga acuan Indonesia kembali meningkat dan rupiah terdepresiasi lebih dalam,” lanjutnya. 

Capital outflow tersebut semakin berbahaya lantaran sampai saat ini Indonesia masih mengalami defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Kuartal II-2019 lalu, CAD Indonesia mencapai US$ 8,4 miliar atau 3% dari PDB. Defisit ini naik dari US$ 7 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal pertama.

Bank Dunia memproyeksi, CAD Indonesia di akhir 2019 sebesar US$ 33 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 31 miliar. Tambah lagi, pertumbuhan FDI Indonesia juga lesu. Tahun ini, Bank Dunia perkirakan FDI Indonesia hanya US$ 22 miliar.

Dengan kondisi ini, Bank Dunia memperkirakan dibutuhkan setidaknya US$ 16 miliar per tahun inflow pembiayaan eksternal untuk menutup gap defisit tersebut. 

 “Pembiayaan eksternal yang dibutuhkan bisa lebih banyak jika capital outflow yang diprediksi benar-benar terjadi,” terang Bank Dunia.

KOMENTAR