Bansos Tak sampai, Banyak warga Tanpa Identitas, Ungkap IKI

Jakarta, Inakoran
Bansos tak sampai, layaknya hati ingin memeluk gunung, manalah mungkin tanpa ada identitas diri, bisa menerima manfaat bansos.
Serombongan ibu - ibu serempak berteriak, tolong bantunnya pak, banyak keluarga terdekat hanya melotot bansos, tak berdaya meraihnya, tungku api mereka sejak lama tumbuh cendawan seperti musim hujan menumpahkan airnya tiada terkira.
BACA:
BACA:
Dr. Emrus Sihombing: Kritik layaknya Mesin Demokrasi
Menurut peneliti Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) banyak warga negara tidak peduli dengan identitas diri seperti barcode yang melekat pada barang dagangan di minimarket, supermarket hingga hipermarket. Minta ampun kacaunya.
Jelas mengerti, seperti apa kacaunya jika barang dagangan di supermarket, tidak terdata, tidak teridentifikasi demikian warga negara tanpa identitas, hanya berkerumun dibalik bayangan tumpukan tumpukkan bansos yang menggunung, tetangga senyum sebaliknya mereka menggerutu tiada bertepi.
Peneliti IKI becerita sosialisasi tentang tata cara mengurus dokumen kewarganegaraan telah dilakukan lembaga tersebut disetiap daerah di seluruh Indonesia.
Peneliti IKI dan relawan tangguhnya melakukan sosialisasi di berbagai pemerintahan kota/kabupaten bahkan, sekolah-sekolah disasar sebagai wadah kampanye.
Meski demikian persoalan kepemilikan identitas warga ternyata tidak mudah oleh karena berbagai alasandari tidak memiliki Akta Pernikahan, tidak punya Kartu Keluarga, Akta Kelahiran hingga Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Ketiadaan identitas membawa dampak bagi warga, tidak dapat menerima bantuan sosial dan bantuan lainnya hingga akses perbankan untuk mendapatkan modal usaha skala kecil menengah atau UMKM.
TAG#bansos, #IKI, #BANSOS, #INSTITUT KEWARGANEGARAAN INDONESIA
190215374
KOMENTAR