BI: Pertumbuhan Ekonomi NTT Stabil, Tetapi Waspadai Impor

Binsar

Tuesday, 17-12-2019 | 16:59 pm

MDN
Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja [ist]

Kupang, Inako

Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur menilai pertumbuhan ekonomi provinsi kepulauan itu relatif stabil dalam periode Januari hingga November 2019. Namun, walau pertumbuhan stabil, pemerintah NTT harus mewaspadai tingginya impor antardaerah sebagai cerminan besarnya ketergantungan wilayah NTT terhadap provinsi lain.

Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja di Kupang, Selasa (17/12) mengatakan stabiltas pertumbuhan itu terjadi karena didukung oleh dua hal yakni inflasi yang terkendali dan investasi infrastruktur yang terus terjaga baik sepanjang periode itu.

"Hal ini karena memang didukung oleh terkendalinya inflasi sepanjang 2019, serta kinerja investasi yang terus terjaga yang didorong oleh pembangunan infrastruktur serta investasi swasta terutama di bidang kelistrikan, perkebunan dan pariwisata," kata Nyoman pada pertemuan tahuna BI 2019 yang dihadiri Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi serta sejumlah Forkompimda dan kepala bank di NTT, di Kantor BI Perwakilan Kupang, Selasa.

Ia menyatakan bahwa hingga saat ini pertumbuhan ekonomi di NTT berada pada kisaran 5,0 persen year on year (yoy). Dan pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan stabil pada kisaran yang sama bahkan bisa mencapai 5,4 persen (yoy).

"Jika dibandingkan dengan 2018 pertumbuhan ekonomi NTT 2019 lebih tinggi. Pada 2018 pertumbuhan ekonomi berada pada 5,13 persen (yoy)," ujar dia.

Namun walaupun pertumbuhan ekonomi NTT stabil, pihaknya meminta pemerintah NTT untuk mewaspadai masih tingginya impor antardaerah sebagai cerminan besarnya ketergantungan wilayah NTT terhadap provinsi lain.

Hal ini ujar dia berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi berbasis kepulauan itu yang saat ini tingkat kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik berada pada urutan ketiga setelah Papua dan Papua Barat.

Ia mengatakan bahwa saat ini NTT masih bergantung pada impor kebutuhan pokok, seperti beras, telur ayam, ayam ras dan beberapa kebutuhan lainnya yang memang tak dimiliki oleh NTT.

Nilai ekspor NTT ke provinsi lain sendiri ujar dia hanya berada pada kisaran Rp3,9 triliun per tahun di antaranya sapi, ikan, rumput laut, garam, pariwisata, kopi, mete, kakao dan kelapa.

Sementara itu, impor antardaerah nilainya mencapai Rp32,3 triliun per tahun. Komoditas yang diimpor antara lain bahan makanan, makanan jadi, bahan konstruksi, transportasi, sandang, dan energi.

KOMENTAR