Bom Di Gereja Filipina Selatan Merusak Hasil Referendum

Binsar

Monday, 28-01-2019 | 06:16 am

MDN
Gereja tempat terjadinya ledakan bom di Filipjna Selatan, Minggu [ist]

Manila, Inako –

Bom yang terjadi di sebuah gereja di Filipina Selatan, pada Minggu (27/1/19) merusak hasil referendum yang baru berlangsung beberapa hari lalu. Bom itu mengakibatkan 21 orang meninggal dunia dan 71 lainnya menderita luka.

Peristiwa itu sunggu mengejutkan, mengingat beberapa hari lalu Pemerintah Filipina baru menyelenggarakan referendum untuk menentukan otonomi dari wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim itu.

Referendum pada Senin lalu menghasilkan 85 persen suara dukungan bagi pembentukan wilayah otonomi bernama Bangsamoro. Meskipun Sulu menjadi salah satu dari sedikit daerah yang menolak otonomi, daerah itu tetap akan menjadi bagian entitas baru tersebut.

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menyebut serangan itu sebagai tindakan pengecut dan meminta warga setempat untuk waspada dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mencegah terorisme menang.

"Kami akan menggunakan kekuatan penuh hukum untuk mengadili para pelaku di balik insiden ini," kata Lorenzana dalam sebuah pernyataan.

Warga sipil menanggung serangan itu, yang juga menewaskan tujuh tentara.

Juru Bicara Komando Militer Mindanao Barat Kolonel Gerry Besana mengatakan pemeriksaan material bom akan mengungkap dalang serangan.

Kepala Kepolisian Nasional Oscar Albayalde mengatakan gerilyawan kelompok Abu Sayyaf kemungkinan terlibat dalam insiden itu.

"Mereka ingin menggangu keamanan dan ketertiban, mereka ingin unjuk kekuatan dan menabur kekacauan," kata Albayalde di radio.

Jolo adalah benteng Abu Sayyaf, yang dikenal lewat serangkaian pengeboman dan kebrutalan, serta berbaiat kepada ISIS. Gerilyawan kelompok itu juga sering terlibat dalam pembajakan dan penculikan.

Referendum pekan lalu digelar pada masa-masa kritis Filipina, yang berharap dapat mengakhiri konflik separatis puluhan tahun di Mindanao yang menurut para ahli telah meningkatkan ekstremisme.

Konflik itu dikhawatirkan dapat menarik gerilyawan asing ke Mindanao untuk memanfaatkan perbatasan yang rapuh, hutan dan pegunungan, serta melimpahnya persenjataan, sebut Reuters.

Ledakan pertama muncul di dalam katedral di Jolo, di Provinsi Sulu, disusul ledakan kedua di tempat parkir mobil, hingga menewaskan personel militer dan warga sipil, kata pejabat.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

 

KOMENTAR