BUMN: Dari Core-Competence Membangun Core-Business Demi Competitive-Advantage

Hila Bame

Monday, 09-12-2019 | 13:03 pm

MDN
Andre V. Wenas

Oleh: Andre Vincent Wenas

 

Jakarta, Inako

 

   Wuidih...serem-serem tuh istilahnya. Core-Competence, Core-Business, Competitive-Advantage. Haha...jangan khawatir, kalau pakai istilah sehari-harinya jadinya kira-kira begini: bakat dan kemampuan loe apa? ...trus dari situ loe bisa bikin usaha apa yang menghasilkan? ...dan punya keunggulan yang tahan lama untuk saingan dengan warung sebelah loe.   

Core-Competence (kompetensi-inti)

   Kompetensi adalah ...the ability to do something successfully or efficiently, kemampuan melakukan sesuatu secara efektif atau efisien. Sedangkan kompetensi inti (core competence) adalah kemampuan melakukan sesuatu secara efektif (berhasil) sekaligus efisien (hemat) secara kontinyu, teruji dalam lintasan waktu. Punya keunggulan daya juang untuk bersaing di pasar.

   Sejak C.K. Prahalad dan Gary Hamel (Competing For The Future) mengintroduksi konsep kompetensi-inti ini sekitar seperempat abad yang lalu. Sejak itu banyak perusahaan mulai mengaji ulang eksistensi organisasi dan bisnisnya. Keduanya bilang, "a harmonized combination of multiple resources and skills that distinguish a firm in the marketplace,” itulah landasan daya saing organisasi di pasar. Orkestrasi (harmonisasi) berbagai sumberdaya dan keterampilan yang bisa membuat perbedaan di kancah persaingan.

   Dalam bisnis ada 3 kriteria yang mesti dipenuhi: 1. Sediakan kemungkinan untuk bisa mengakses berbagai ceruk pasar yang luas, 2. Kontribusinya signifikan (berarti) bagi persepsi pelanggan produk akhir kita, 3. Dan tidak mudah ditiru pesaing. 

   Misalnya kompetensi-inti sebuah perusahaan adalah membangun jaringan seperti PT Pos Indonesia, begitu bagusnya pengelolaan jaringan kantor beserta sumber daya manusianya maka di dalam sistem jaringan ini bisa ditawarkan berbagai macam produk dan layanan. Bisa antar/jemput paket, dokumen, makanan segar, jasa safety-box, jasa kotak-surat, layanan manajemen kargo darat-laut-udara, bisa sinergi dengan berbagai instansi (pemerintah maupun swasta) untuk layanan masyarakat. Bayangkan armada PT Pos Indonesia dulu yang sangat masif masuk sampai ke desa-desa terpencil. Bahkan platform online untuk mendayagunakan publik mengoptimalkan aset pribadi (misalnya sepeda motor, mobil, HP, dll) jadi komersial sebetulnya bisa dilakukan secara kreatif, namun sayang tidak dikerjakan. Mungkin salah satu BUMN ini terlena dalam zona kenyamanan atau sibuk dalam office-politics yang melelahkan dan menjengkelkan. Walahuallam!

   Intinya, kompetensi-inti adalah hasil dari sekumpulan keterampilan atau cara produksi tertentu yang bisa menghasilkan nilai tambah kepada pelanggan. Dan kompetensi ini memampukan suatu organisasi menciptakan berbagai layanan untuk berbagai ceruk pasar. “A core competency results from a specific set of skills or production techniques that deliver additional value to the customer. These enable an organization to access a wide variety of markets,” begitu bahasa kerennya.

   Mengidentifikasi serta membangun kompetensi-inti adalah hasil suatu rancangan strategis (strategic-architecture) yang mesti diprakarsai dan ditempuh oleh segenap manajemen puncak. Ini supaya segenap kapasitas organisasi yang ada bisa dikerahkan secara optimal. Seluruh aset dikerahkan, baik yang tangible maupun yang intangible. Tangible artinya keuntungan atau dampak yang terjadi dapat diukur secara ekonomis (uang), sedangkan intangible: Keuntungan atau dampaknya tidak dapat diukur secara ekonomis (uang).

   Tantangannya memang tidak enteng. Dibutuhkan pemimpin yang visioner (visionary leader). Kebanyakan eksekutif tidak menginvestasikan waktu yang cukup untuk membangun gambaran masa depan perusahaan. Sebabnya jelas, karena ini mensyaratkan daya intelektual tingkat tinggi, sangat menyita energi, sehingga butuh komitmen total sang pemimpin.

Core-Business (bisnis-inti)

   Bangun dan kelolalah usaha yang selaras dengan bakat dan kemampuanmu. Bisnis-inti adalah konstruksi ideal sebuah organisasi yang tercermin dalam kegiatan utamanya. Gampangnya, penghasilan utama (revenue) perusahaan diperoleh dari usaha intinya.
   Proses bisnis-inti bukan semata-mata setiap departemen bekerja sesuai fungsinya, namun juga seberapa hebatnya perusahaan mampu mengorkestrasi kegiatan departemental tadi jadi suatu harmoni proses bisnis menyeluruh yang memperkuat konsep bisnis-inti perusahaan. Kegiatan-kegiatan utama itu adalah: 1. The market-sensing process. Kemampuan mendeteksi semua sinyal perubahan yang ada di pasar dan mengantisipasinya. 2. The new-offering realization process. Mencakup kegiatan riset, pengembangan produk/layanan sesuai anggaran perusahaan. 3. The customer acquisition process. Kerja lapangan menetapkan sasaran pasar dan menggaet pelanggan. 4. The customer relationship management process. Semua aktivitas untuk sungguh-sungguh mengerti setiap kebutuhan pelanggan. 5. The fulfillment management process. Eksekusi proses bisnis (order to cash) mulai dari terima pesanan sampai pembayarannya beres.

Competitive-advantage (keunggulan-daya-saing)

   Keunggulan daya saing (competitive-advantage) adalah hasil dari kerja optimal membangun kompetensi-inti (core-competence) di proses bisnis-inti (core-business) secara efektif dan efisien.

   Setiap entitas bisnis selalu berada dalam konstelasi persaingan tertentu. Dalam kerangka analisa Prof.Michael Porter diidentifikasi adal lima forces (kekuatan) yang mesti dicermati dan senantiasa diantisipasi oleh setiap pelaku bisnis: 1. Rivalitas. Persaingan yang sedang terjadi dalam industri, yaitu kita dan pesaing. 2. Kekuatan para pemasok (suppliers) ke dalam skema rivalitas. 3. Kekuatan para pembeli (buyers) terhadap tawaran yang diberikan oleh rivalitas industri. Dan dua kekuatan lain, yaitu: 4. Kekuatan ancaman dari para pemain baru (news entrants, new start-up companies). 5. Dari kekuatan tawaran (produk/jasa) pengganti (substitusi), yang oleh sebab perkembangan teknologi jadi sangat dimungkinkan dan waktunya bisa tak terduga.

   Kepekaan radar bisnis dalam analisa lingkungan bisnis jadi imperatif kembali. Kajian aspek-aspek PESTEL (politic, economy, social, technology, environment, legal) untuk kemudian dilakukan TIPS (analisa Trends, Implications, Possibilites untuk dicari Solutions-nya).

   Peran pemimpin sangat menentukan. Greatness start with superb people, great groups don’t exist without great leaders! Gak bakalan organisasi jadi besar dan hebat tanpa orang-orang besar dan hebat. Tugas Pak Erick Thohir sekarang adalah menempatkan orang-orang yang tepat untuk membawa BUMN jadi bagian yang kontributif dari the true Indonesia-Incorporated.

   Carilah pemimpin dengan ciri yang pernah direkomendasikan dari riset panjang Prof.Jim Collins (Good To Great): The Level-5 Leader! 

   Sekilas saja, Level 1: Highly capable individual. Orang yang pandai dan punya keterampilan yang tinggi. Level 2: Contributing team member. Mampu bekerja sama dalam tim. Level 3: Competent manager. Mereka yang sudah mentransformasikan dirinya menjadi organisator yang mampu mengelola sumberdaya. Level 4: Effective leader. Mereka yang sudah karisma memotivasi timnya untuk bekerjasama mencapai visi perusahaan. Level 5: Sebut saja Level 5 Executive (lantaran belum ada istilah yang pas kata Jim Collins). Sangat jarang memang, orang ini bisa mentransformasikan organisasi dari baik (good) menajadi agung (great). 

   Pemimpin di Level 5 ini bercirikan sifat kesederhanaan, gigih, ulet dan tekun. Mereka sebetulnya sangat ambisius, namun ambisinya itu adalah pertama-tama demi suatu misi mulia, demi tujuan kelompok/organisasinya, bukan demi ego pribadinya. Tampilan pemimpin tingkat kelima ini, menurut penelitian Prof.Jim Collins, kerap cenderung apa adanya, murah hati namun sangat tegas dan sangat prinsipil, tidak suka menyombongkan diri dan pamer-pamer. Mereka adalah inspirator yang menularkan energi dan teladan lewat disiplin keseharian.

   Jadi, betul juga Pak Erick Thohir yang ingin mengembalikan BUMN ke core-business nya masing-masing. Dengan dengan fokus membangun core-competence di core-business yang tepat bakal menciptakan competitive-advantage yang bisa diandalkan.

    Semoga jadi inspirasi untuk mencari INSPIRATIONAL LEADER! (pemimpin yang inspirasional). 

9/12/2019
 *Andre Vincent Wenas,DRS,MM,MBA., Sekjen Kawal Indonesia - Komunitas Anak Bangsa

KOMENTAR