Bursa Wall Street Menguat Setelah Negosiasi Dagang AS-China Alami Kemajuan

Sifi Masdi

Saturday, 25-05-2019 | 09:38 am

MDN
Bursa Wall Street [ist]

Jakarta, Inako

Bursa saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan, Jumat (24/5/2019) waktu setempat, seiring dengan aura positif adanya pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menegaskan bahwa negosiasi perang dagang dengan China secepatnya selesai.

"Kami masih berpikir negosiator akan mencapai kesepakatan [AS-China], tetapi jelas akan memakan waktu lebih lama dan lebih sulit daripada yang dipikirkan investor beberapa minggu yang lalu," kata Kate Warne, ahli strategi investasi di Edward Jones, dikutip CNBC International, Sabtu (25/5/2019).

"Tapi secercah harapan bahwa kemajuan [negosiasi dagang] sedang dibuat akan membantu rebound di pasar saham," tegas Warne.

Data perdagangan mencatat, tiga indeks utama di Wall Street menguat. Indeks Dow Jones (DJIA) naik 0,37% di level 25.585, Indeks Nasdaq naik 0,11% di level 7.637, dan Indeks S&P 500 menguat 0,14% di level 2.826.

Data CNBC International menunjukkan secara tahun berjalan, DJIA memberikan return 9,68% kendati dalam sepekan masih minus 0,69% dan 1 bulan terakhir minus 3,80% seiring dengan kekhawatiran perang dagang AS-China akan menyakiti ekonomi AS.

Adapun penguatan Indeks S&P ditopang oleh kenaikan beberapa saham konstituennya, termasuk reksa dana Exchange Traded Fund (ETF) XLF Health Care Select Sector. Saham Medtronic dan Abbott Laboratories juga mencatat performa apik masing-masing naik 6% dan 1% pekan ini.

Hanya saja ada satu kendala yang diprediksi bisa menekan bursa AS.  Ekonom JPMorgan, pada Jumat kemarin menurunkan proyeksi mereka tentang ekonomi AS dan memangkas pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 menjadi hanya 1% dari perkiraan sebelumnya 2,25%. Adapun pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal pertama-2019 sebesar 3,2%.

Para ekonom menyalahkan data manufaktur AS yang lemah, dan mencerminkan tanda-tanda perlambatan ekonomi global. Kondisi ini akibat perang dagang yang mulai berdampak.

"Kekhawatiran yang dimiliki pasar saat ini adalah bahwa kita bergerak menuju skenario kasus terburuk, dan itu dapat bertahan selama beberapa waktu," kata Mark Cabana, Kepala Strategi Nilai Tukar di Bank of America Merrill Lynch.

"Jika itu masalahnya, maka pasar meyakini data ekonomi, dan The Fed [bank sentral] kemungkinan akan perlu meresponsnya dengan mencoba mengimbangi dan mencegah resesi [ekonomi," kata Cabana.


 

KOMENTAR