CEO Gojek Tegaskan Pemanfaatan Teknologi Dibutuhkan Kesiapan Digital

Sifi Masdi

Friday, 21-06-2019 | 16:24 pm

MDN
CEO Global Gojek Nadiem Makarim [ist]

Jakarta, Inako

CEO Global Gojek Nadiem Makarim menyatakan diperlukan kesiapan digital yang matang untuk memanfaatkan teknologi secara maksimal. Teknologi sering kali dinilai sebagai solusi yang mampu memutus kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil.

Sebaliknya, teknologi bisa menjadi tidak efektif dan investasi di bidang teknologi tidak selalu berhasil, bahkan bisa memperburuk masalah yang bersifat sistemik.

"Kegagalan kadang terjadi karena kita mencoba memecahkan masalah langsung dengan teknologi, tanpa melihat akar masalah yang sebenarnya," kata Nadiem, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (20/06/2019).

Teknologi baru menurutnya sering dianggap sebagai solusi cepat dari berbagai masalah sosial. Namun masalah tidak akan selesai jika tidak menyasar penyebab utamanya.

Dari temuan laporan baru Pathways for Prosperity Commission on Technology and Inclusive Development menyatakan penggunaan teknologi semata tidak bisa menjamin masa depan yang diharapkan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. 

"Tentu kita semua menginginkan akses pendidikan yang berkualitas bagi semua anak, atau layanan kesehatan bagi masyarakat yang lebih baik," katanya. 

Sekedar memberikan smartphone kepada siswa atau pasien tidak akan merevolusi sektor pendidikan dan kesehatan jika perangkat atau teknologi tersebut tidak digunakan untuk memecahkan masalah yang spesifik, dan tidak tidak terintegrasi dengan sistem yang lebih luas.

Laporan ini menyimpulkan jika teknologi diimplementasikan berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang masalah yang harus diselesaikan, dan sesuai konteks implementasinya, maka teknologi digital mampu menjadi solusi. 

Peningkatan Akses Kesehatan dan Pendidikan

Indonesia masih memiliki keterbatasan dan kesenjangan pada kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan. Melihat konteks ini, Nadime menilai platform teknologi kesehatan Indonesia, Halodoc, menjawab tantangan dengan cara menghubungkan pasien dengan dokter, asuransi, laboratorium, dan apotek melalui satu aplikasi sederhana.

Dengan 20.000 dokter dan 1.000 apotek di dalam jaringan mitranya, Halodoc saat ini membantu 2 juta pengguna mengakses layanan kesehatan dan tenaga medis profesional dengan lebih mudah.

Halodoc bekerjasama dengan Gojek untuk menghubungkan pasien dengan apotik untuk pesan-antar obat dengan lebih mudah. 

Di bidang pendidikan, Nadiem mencontohkan Mindspark, layanan bimbingan belajar online di India. Layanan ini menggunakan metode "adaptive learning" untuk menemukan kebutuhan khusus seorang siswa akan bimbingan belajar yang lebih mendalam. Teknologi ini mampu meningkatkan nilai matematika murid-murid sebanyak 38%. Manfaat lainnya pembelajaran digital menjadi lebih efisien secara biaya dibandingkan pembelajaran tradisional di sekolah.

Menurut Nadiem, kesamaan dari dua contoh di atas adalah teknologi yang digunakan khusus untuk memecahkan masalah yang spesifik. 

"Keduanya juga terhubung dengan sistem yang sudah ada yaitu klinik umum dan sekolah, sehingga solusi yang diberikan dapat melengkapi layanan yang sudah disediakan oleh pemerintah," katanya.

Pemerintah yang Siap Digital

Dengan teknologi yang tepat sasaran bisa merealisasikan masa depan di mana sistem virtual akan mampu merobohkan "tembok" fisik yang membatasi sebuah klinik atau sekolah untuk dapat diakses semua orang. Dengan teknologi yang tepat, layanan cek kesehatan bisa dilakukan di daerah terpencil sekalipun, dan anak-anak dimanapun dapat mengakses pendidikan berkualitas melalui video conferencing ataupun e-learning.

Dengan bantuan teknologi, konten real-time bisa disesuaikan dengan tingkat kemahiran masing-masing siswa, dan automation kegiatan rutin bisa memberikan waktu yang lebih berkualitas antara guru dan siswa, atau perawat dan pasien.

Untuk mewujudkannya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa fondasi dan infrastruktur digital sudah tepat. Pasalnya , layanan digital yang paling sederhana pun memerlukan akses listrik dan internet yang luas.

Selanjutnya, diperlukan lingkungan bisnis yang kondusif, bukan hanya yang ramah terhadap perubahan teknologi, tetapi harus ada regulasi dan infrastruktur digital yang mendorong inovasi untuk berkembang. 

"Di Indonesia, perkembangan aplikasi perangkat lunak untuk perawatan kesehatan dan pendidikan telah menarik minat banyak investor. Namun, untuk mewujudkan potensi teknologi ini secara penuh, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta." ujar Nadiem.

Negara yang mengimplementasikan teknologi dengan tepat akan merasakan dampak positif yang luar biasa dari disrupsi digital yang sesungguhnya. Mereka akan dapat mentransformasi penuh layanan kesehatan dan pendidikan, sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan mumpuni secara teknologi, dan menjadi pemimpin di Asia. Inilah potensi yang dapat direalisasikan oleh Indonesia jika semua pihak siap digital.


 

KOMENTAR