DANIEL DAN SERANGAN BINATANGISME POLITIK

Hila Bame

Tuesday, 01-12-2020 | 00:18 am

MDN

 

 

Oleh : Adlan Daie

Analis Politik Elektoral Indramayu.

 

Jakarta, INAKORAN

 


Kasus penyebaran tablod "Amunisi" beberapa waktu lalu ke rumah rumah penduduk di wilayah kec. krangkeng dan sekitarnya atau dalam peta politik Daerah Pemilihan (DAPIL) Indramayu II dengan judul headline nya "Daniel Bisa Menjadi Tersangka" dengan tampilan fotho Daniel dalam ukuran besar sangat norak dan "kampungan" adalah contoh kasat mata dari praktek "binatangisme politik" sebagaimana digambarkan dengan sangat baik oleh George Orgiel dalam.karya novel politik metaforisnya berjudul "Farm Animal', diterjemahkan H. Mahbub Djunaedi, jurnalis dan pengurus PBNU di era tahun 1980 an dengan judul "Binatangisme Politik". 

Ironisnya tiga pelaku penyebaran tabloid kampanye hitam di atas yang telah mencemarkan panggung politik pilkada Indramayu berstatus mahasiswa. Sebuah kelompok generasi milenial terdidik yang mestinya berproses dalam pencerahan keadaban politik justru salah asuhan jatuh dalam pelukan "syahwat politik" rendah, menjadi instrument kanibal dan kepanjangan tangan dari aktor aktor politisi busuk dibalik penyebaran tabloid hitam di atas dengan segala sifat dan prilaku binatangisme politik yang mengikutinya.


Dibaca dari konstruksi desain tabloidnya,  konten berita dan peta penyebarannya dapat dielaborasi sebagai berikut :


Pertama, bahwa penyebaran tabloid hitam di atas dapat diduga berbasis peta survey sehingga fokus sasaran tembaknya diarahkan kepada Daniel Muttaqien Syafiudin,  disingkat dengan inisial DMS. Pengakuan salah satu penyebarnya bahwa DMS dalam.peta survey di urutan paling tinggi menjadi
pemantik gerakan mendowngrade dan merusak citra branding elektoralnya untuk selanjutnya menjatuhkan trend elektabilitasnya.


Kedua, dari basis.peta penyebaran tabloid hitam di atas dikonsentrasikan di dapil II indramayu dapat diduga bahwa DMS kuat di dapil.tersebut se kurang kurangnya  kelompok."undersided voters', kelompok.yang belum menentukan pilihan masih sangat besar sehingga di framing negatif agar persepsi publik memiliki daya tolak tinggi terhadap DMS untuk menihilkan atau menstagnasi trend akumulasi elektoral pasangan "Mantap" di seluruh kab Indramayu yang dalam rilis sejumlah lembaga survey kredibel konsisten berada di urutan pertama sejak bulan maret sampai pertengahan bulan november 2020.


Dalam perspektif penulis prilaku "binatangisme politik" lahir dari cara pandang meletakkan jabatan politik sebagai jalan puncak kemewahan hidup dengan standar protokoler VVIP dalam  pakem budaya jawa kuno "pangreh praja", senang dilayani dengan sikap priyayi yang "adigung adigang" dan karena itu menghalalkan segala cara untuk merebut dan meraihnya sebagaimana cara penyebaran tabloid busuk ke ruang publik dan ruang privat rumah rumah penduduk di atas. 


Pilkada sebagai jalan politik konstitusional,  jalan mulia dan beradab dalam proses rekruitmen kepemimpinan politik hanya berhenti dalam teori ilmu ilmu politik.dan khotbah khotbah politik kebangsaan. Terkubur  dalam ambisi syahwat politiknya yang unlimited dan jauh dari pelukan nilai peradaban. Tak tersisa sedikit pun harapan.kebaikan kecuali ambisi ambisi kotor sejak dari pikiran, perkataan hingga perbuatan.

Karena itu,  Panwaslu dan instansi instansi lain terkait wajib melakukan langkah hukum untuk  menjerat pelakunya dan menelusuri aktor intelektual yang menjadi sutradara di belakangnya termasuk ormas ormas penjaga moral bangsa harus bersuara  mengutuk keras prilaku "binatangisme politik" di atas. Membiarkan cara busuk dalam proses kontestasi pilkada hanya akan melahirkan pemimpin busuk meskipun lantang mengucapkan "Saya Pancasila" atau fasih mengutip.narasi narasi agama.


Selamat berkontestasi, jauhkan politik keji.

TAG#ADLAN DAIE

198737635

KOMENTAR