Darul Maarif Kaplongan, The New Pesantren NU di Jawa Barat

Hila Bame

Monday, 21-10-2019 | 20:40 pm

MDN
Adlan Daie

Oleh.  : Adlan Daie (Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat)

Jakarta, Inako


Periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (2014-2019) memiliki arti penting secara khusus bagi Nahdlatul Ulama (NU). Pertama, ditetapkannya Hari Santri Nasional (HSN) dan kedua, disahkannya Undang-undang tentang Pesantren. Periode oleh sejumlah pengamat politik disebut  "kemenangan politis" kaum santri, yakni "santri" dalam pengertian sebagai salah satu dari lima "rukun" pesantren: pondok, kiai, santri, kitab kuning dan masjid , sebagaimana didiskripsikan Dr Zamakhsyari Dhafier dalam bukunya "Tradisi pesantren".

Pesantren Darul Maarif, Kaplongan Indramayu, adalah pesantren dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU), baik dari sisi identitas penamaan lembaganya maupun haluan ideologi pendidikannya. Relatif baru dari take off tahun berdirinya, berada dalam satu kompleks pendidikan yang berdiri tahun 1983, berkembang pesat dengan area seluas 31 hektar meliputi rumpun, jenis dan jenjang pendidikan mulai TK, SD, SMP, SMA, SMK, SMK Maritim, hingga jenjang  Perguruan Tinggi.

Inisiator, pendiri dan pengasuh Pesantren Darul Maarif Kaplongan, Indramayu adalah H. Dedi Wahidi, alumni pesantren tradisional (Salafiyah) khas Nahdlatul Ulama (NU) Babakan, Ciwaringin kabupaten  Cirebon. Kelak mewarnai perjalanan kiprah dan jejak aktivitas organisasi dan jenjang karier politiknya sepenuhnya dalam jaringan organisasi  ke-NU-an. Mulai dari jenjang pengurus dan Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Indramayu hingga Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat. 

Mulai dari jenang karier politik di DPRD dan Wakil Bupati Indramayu hingga menjadi anggota DPR RI  selama tiga periode jabatan melalui partai yang didirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Pesantren Darul Maarif Kaplongan, Indramayu,  dalam perspektif penulis dapat dipandang sebagai "The new" pesantren Nahdlatul Ulama (NU) setidaknya secara "greatline" , karena beberapa hal :

Pertama, Pesantren Darul Maarif Kaplongan Indramayu berbasis ideologi keormasan Nahdlatul Ulama (NU). Bukan saja secara eksplisit ("idhar") beridentitas NU dan memenuhi lima "lima rukun" pesantren sebagaimana dikonstruksikan Dr. Zamakhsyari Dhafier diatas, lebih dari itu,tradisi dan praktek amaliyah keagamaannya sepenuhnya istiqomah mengikuti tradisi ke-NU-an, misalnya qunut shubuh, tahlil, shalawat, jumlah rokaat tarawih, ziaroh kubur dan lain lain layaknya tradisi di pesantren NU "salafiyah", tradisional.

Sisi "The new" atau "kebaruan" dari Pesantren Darul Maarif Kaplongan Indramayu, antara lain, tata ruang bangunan fisiknya yang tertata rapi. Masing-masing  unit dan jenjang pendidikannya tidak berdiri otonom melainkan bagian subsitusi yang melekat dalam satu kendali pengasuhan secara integratif dan terpadu. Tidak bersifat federal sebagaimana umumnya pesantren "salafiyah" NU dimana masing-masing  kiai (pengasuh)  memiliki hak wilayah otonomi pola pengasuhannya.

Kedua, karena sifatnya yang "integrative system" seperti digambarkan diatas, Pesantren Darul Maarif lebih mudah menerapkan sistem management modern. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, target, evaluasi, sistem anggaran (_input_dan _out put_nya)  nyaris "sempurna" mengikuti pola management pemerintahan modern.

Sehingga mengalami percepatan dalam proses pengembangannya secara terukur dari tahun ke tahun. Tidak rumit dan tumpang tindih dari segala sisi yang dalam perspektif KH Abdurahman Wahid (Gusdur) lewat tulisannya yang dihimpun dalam tulisan 'Bunga rampai : Pesantren dan perubahan sosial" (editor: Dawam Rahardjo) umumnya menjadi titik kendala pesantren salafiyah NU dalam merespons dinamika perkembangan sosial di lingkungan sekitarnya.

Itulah antara lain sisi "The new" dan kebaruan Pesantren Darul Maarif Kaplongan Indramayu. Berimbang dari sisi aplikasi kaidah pesantren ke-NU-an "al muhafadhoh 'alal qodimish sholeh, wal akhdu bil jadidil aslah" Setia menjaga dan memelihara tradisi dan nilai nilai lama kepesantrenan NU yang baik dan secara bersamaan responsif, membuka diri dan akomudatif terhadap instrument-instrument baru yang lebih praktis, efektif dan efisien dari sisi management kendali mutunya.

Penulis tentu tidak dalam konteks mendikhotomikan (membedakan) sisi nilai dari kedua model pesantren NU diatas. Masing-masing  pilihan model memiliki kelebihan dan segmentasi sosial yang saling melengkapi satu sama lain. Darul Maarif Kaplongan kita letakkan sebagai bagian integral dari ikhtiar menjaga nilai dan tradisi ke-NU-an dalam konteks merespon dinamika kebutuhan masyarakat kelas menengah warga NU dalam orientasi dan trend pendidikan anak-anaknya agar tidak "lari" ke pesantren non NU yang makin pesat perkembangannya di Jawa Barat dan cukup diminati warga NU hanya karena pertimbangan modernitas management dan fasilitasinya.

Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Indramayu yang salah satu kegiatan resepsi seremonialnya dipusatkan di Pesantren Darul Maarif Kaplongan, semoga menjadi bagian dari kebanggaan kita bersama para kaum "sarungan" sekaligus menjadi instrument "inwadlooking" bagi Pesantren Darul Maarif Kaplongan dalam menata ke dalam dari sisi penguatan tradisi kepesantrenan dalam dimensi nilai-nilai  ke-NU-an.

Selamat Hari Santri Nasional 1019. 
Semoga berkah lahir batin.

TAG#Adlan Daie

190215624

KOMENTAR