Daya Goda dan Daya Ganggu Pilkada

Oleh. : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat
Indramayu,Inako
Kontestasi pilkada Indramayu 2020 makin menarik dicermati setelah partai Golkar dengan cerdas membuka tradisi baru pendaftaran calon bupati secara terbuka. Ibarat gambaran wanita jawa dalam bukunya Thomas Raffles _"The History Of Java"_ daya goda partai Golkar begitu mempesona dengan keistimewaan 22 kursi tanpa koalisi rumit dan melelahkan hingga dalam waktu singkat 17 bakal calon bupati mendaftar dari berbagai latar belakang mulai unsur ulama, pengusaha, pensiunan dan politisi internal sendiri meskipun partai Golkar dalam kondisi belum siuman tertindih kasus OTT KPK.
Di sisi lain, saat daya goda melambung tinggi justru daya ganggu oposisi politik terhadap rezim partai Golkar mulai layu sebelum berkembang kecuali sekedar eforia di sosial media mengikuti perkembangan kasus OTT KPK yang makin _"ngeri ngeri sedap"_. Partai-partai non Golkar terutama PKB dan PDIP berputar-putar lelah di lingkaran penjaringan calon bupati entah sampai kapan garis finishnya. Sedikit harapan tersisa dari kemungkinan pasangan independen dengan massifikasi gerakan di akar rumput mulai menggeliat tanda-tandanya
Riset data penulis terhadap sejumlah pilkada kabupaten di pulau Jawa tidak mudah mengalahkan petahana. Karakteristik sosial masyarakat Jawa sebagaimana dipotret Benidect Anderson dalam bukunya _"Imajined Communities"_ dominan paternalistik di mana sosok penguasa dipersepsikan sebagai seorang bapak yang mudah diikuti rakyatnya meskipun sering dikibuli.
Pemanfaatan jaringan birokrasi dan menunggangi program publik untuk kepentingan politik elektoral penguasa sangat efektif daya magnitnya. Itulah sebabnya, kasus OTT KPK bukan alat ukur mengambil kesimpulan melompat dan buru-buru mengklaim petahana _"game over"_. Sebuah klaim politik yang bersandar pada khayalan tinggi politiknya.
Namun, betatapun kuatnya petahana dalam kontestasi elektoral di pulau Jawa seperti dijelaskan di atas, kasus kekalahan telak petahana di kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tahun 2018 diusung partai pemenang pertama dan kedua perlu direkonstruksi pola, sebab dan sistem kerja pemenangannya.
Analisis mendalam penulis atas trend data elektoral pilkada kabupaten Temanggung di atas menunjukkan bahwa peta elektoral tidak selalu terbelah dalam garis demarkasi antara petahana dan non petahana melainkan mencair mengikuti gerakan efektif tim pemenangan dan pilihan magnit isu-isu sentralnya.
Petahana justru tumbang bukan karena kontestasi bersifat head to head antara pasangan petahana versus non petahana melainkan dua pasangan non petahana mengkonsentrasikan serangan elektoral pada basis-basis kuat petahana tentu berbasis pemetaan survey elektoral dengan mengunci jaringan birokrasi sebagai mesin elektoral petahana melalui gerakan daya ganggu secara terstruktur, sistemik dan masif.
Kepiawaian menciptakan momentum untuk menyatukan gelora perlawanan rakyat atas petahana salah satu variabel yang menyempurnakannya. Itulah gambaran singkat kemenangan non petahana di kabupaten Temanggung menggusur raksasa petanaha dan satu pasangan mantan petahana lainnya dengan raihan elektoral sebesar 54%.
Konstruksi diatas menjelaskan bahwa kemenangan atau kekalahan atas petahana tidak selalu dengan pendekatan kontestasi bersifat head to head atau tidak sangat tergantung pada survey pemetaan elektoral, sistem kerja, efektivitas tim daya ganggu dan barisan juru bicara terlatih dan fasih menarasikan isu isu pentingnya pergantian rezim bagi para pemilihnya.
Survey pemetaan elektoral tentu bukan ilmu nujum kuno melainkan capaian produks peradaban ilmu pengetahuan anugerah ilahiyah. Survey berfungsi ibarat kokok ayam di pagi buta untuk mengabarkan alam sekitar bahwa fajar segera tiba. Artinya, saat peluang sinyal kekalahan atau kemenangan akan segera tiba survey mengabarkan kita untuk mencegah kekalahan sebelum tiba atau mengunci kemenanngan hingga fajar kemenangan benar benar tiba.
Demikianlah, tarik tambang antara daya goda dan daya ganggu dalam kontestasi pilkada Indramayu 2020 rumit dibaca tali temalinya. Tapi peta dinamika survey dan riset prilaku pemilih memandu varian kemungkinannya termasuk kemungkinan pasangan indenpenden memenangkan kontestasi pilkada Indramayu 2020 saat titik jenuh publik atas prilaku partai politik jadi momentum titik balik bagi penyatuan gelora publik secara partisipatif atas harapan hadirnya bupati independen.
Dengan demikian, buanglah jauh-jauh melukis kemenangan dengan cermin bayangan yang kita buat sendiri tanpa basis survey untuk memandu jalannya pemenangan. Ibarat duduk di kursi seseorang mudah jatuh bersandar pada bayangan sandaran kursi yang didudukinya.
Semoga bermanfaat.
TAG#Indramayu, #Partai Golkar, #Pilkada Indramayu
198735759

KOMENTAR