Diagnosa Berlebihan Dinilai Sebagai Pemicu Tingginya Klaim BPJS

Binsar

Wednesday, 20-02-2019 | 09:46 am

MDN
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Syamsul Bachri [ist]

Bulukumba, Inako –

Diagnosa berlebihan yang dilakukan pihak rumah sakit dinilai menjadi penyebab tingginya klaim yang dilakukan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Syamsul Bachri, di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Selasa (19/2/19).

Ditahun 2019 ini, kata Syamsul, utang BPJS Kesehatan di Indonesia telah mencapai Rp10 triliun.‎ Hal itu terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara pengeluaran BPJS dengan pemasukan yang didapatkan dari pembayaran iuran peserta.

"‎Tidak adanya keseimbangan yang didapatkan BPJS juga menjadi faktor. Klaim yang dibayarkan BPJS itu tidak pernah seimbang dengan pendapatkannya," katanya.

Syamsul Bachri mengaku, BPJS merupakan badan yang mampu menjalankan program dengan baik. Meski dalam realisasi pelayanan, banyak dimanfaatkan oknum-oknum pelayanan kesehatan di rumah sakit atau disejumlah Fasilitas Kesehatan (Faskes).

"Kita sudah kerap dapatkan laporan seperti ini, banyak fasilitas kesehatan keterlaluan dalam memberikan pelayanan. Termasuk diagnosis yang melampaui seharusnya, sehingga nilai klaim yang dibayarkan menjadi lebih banyak," ungkap legislator Partai Golkar ini.

Syamsul mengaku, sudah kerap meminta pemerintah untuk menertibkan penanganan pelayanan yang ada di rumah sakit agar kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pembayaran dalam diselesaikan dengan baik.

"Sejak ‎BPJS terbentuk di tahun 2004 silam, di awal perjalanan telah disubsidi pemerintah Rp1 triliun untuk pembayaran klaim, dan saat ini utang BPJS telah mencapai Rp10 triliun," terangnya.

KOMENTAR