Dijuluki Kota Terpolusi Kedua Di ASEAN, Hanoi Larang Motor Tahun 2030

Hanoi, Inako –
Julukan sebagai kota terpolusi kedua di Asia Tenggara, setelah kota industri Saraburi, Thailand, pada tahun 2016, menjadi pukulan berat bagi Kota Hanoi – ibukota Negara Vietnam.
Betapa tidak, telah sekian lama, masyarakat dunia mengenal negara ini dengan berbagai julukan positif seperti negeri seribu pagoda, lantaran di negara ini terdapat ratusan pagoda kuno, bangunan dengan arsitektur kolonial.
Menanggapi predikat sebagai kota terpolusi kedua di ASEAN, kota dengan populasi 7,7 juta jiwa itu kini mulai berbenah diri, khususnya terkait pengaturan kendaraan dan aktivitas industri yang dituding sebagai pemicu polusi udara di kota itu.
.jpg)
Masalah polusi memang bukan hanya terjadi di Hanoi, tetapi hampir dialami oleh semua kota besar di dunia. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei lalu, melaporkan, sebanyak 7 juta orang meninggal dunia per tahun secara global, akibat beragam penyakit seperti stroke dan jantung, yang diduga dipicu polusi udara.
Bagi Pemerintah Vietnam, polusi memiliki risiko politik. Pasalnya, Pemerintah Vietnam harus menghadapi unjuk rasa dari aktivis lingkungan yang menuntut pemerintah menyelamatkan pohon-pohon di negara itu. Demonstrasi paling keras dialamagtkan ke satu perusahaan baja, yang dituduh sebagai biang kerok pencemaran laut di Vietnam.
Akan tetapi, kekhawatiran tentang kualitas udara ternyata menjadi peluang bisnis yang menarik bagi orang tertentu di negara itu.
“Saya selalu bercanda dengan teman-teman saya, semakin banyak polusi udara, saya semakin sejahtera,” kata Cao Xuan Trung, seorang pedagang peralatan pembersih udara di negara itu.
Cao berharap pendapatan bulanannya dapat meningkat dua kali pada 2020, dari USD131.199 saat ini. Pendapatan itu pun telah naik 75 kali lipat dibandingkan saat dia mulai pada 2013.
Ibu kota komersial Vietnam, Ho Chi Minh City berada di peringkat keempat menurut grup lingkungan Green Innovation and Development Centre (GreenID) dalam laporannya.
“Pembangunan terbaru meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi isu terkait pembangunan berkelanjutan dan konsekuensi pada lingkungan meningkat,” papar Nguy Thi Khanh, kepala GreenID yang menganalisa data WHO tersebut.

Dia menyalahkan berbagai faktor seperti peningkatan proyek konstruksi, bertambahnya armada mobil dan sepeda motor, serta industri berat di kota tersebut seperti pabrik baja dan pabrik semen hingga pembangkit listrik tenaga batubara.
Batubara menjadi sumber listrik untuk ekonomi Vietnam yang tumbuh pesat. Penggunaan batubara akan meningkat lebih dari 6% tahun ini.
Dalam perang melawan polusi, dewan kota Hanoi bulan ini menyetujui larangan sepeda motor pada 2030, berharap dapat mendorong transportasi publik termasuk sistem kereta baru. Hanoi juga menanam lebih dari 80% target dari satu juta pohon. Pemerintah Hanoi pun ingin menambah 70 stasiun pemantau udara dalam beberapa tahun mendatang, dari 10 stasiun pemantau sekarang.
TAG -
198730460
KOMENTAR