Direktur LKAK Viktus Murin: Sikap Ketua MPR Membentengi Presiden Jokowi Adalah Sikap Konstitusional

Binsar

Monday, 07-10-2019 | 14:51 pm

MDN
Direktur Lembaga Kajian dan Aksi Kebangsaan (LKAK) Viktus Murin [ist]

Jakarta, Inako

Direktur Lembaga Kajian dan Aksi Kebangsaan (LKAK) Viktus Murin menyatakan rasa hormat dan respeknya terhadap sikap konsitusional yang diperlihatkan oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, untuk menjadi benteng terakhir bagi kelangsungan pemerintahan Presiden Joko Widodo. 

Sebagaimana diberitakan portal detik.com (Senin 7/10/2019), Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan dirinya siap pasang badan untuk menjadi benteng terakhir bagi Presiden Joko Widodo dalam menghadapi pihak-pihak yang mungkin akan menjatuhkannya di tengah jalan. Dia menentang keras bila ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan pemerintahan di tengah jalan, sebab hal itu akan merugikan kehidupan berbangsa dan negara.

"Tidak boleh ada pemerintahan yang dimakzulkan di tengah jalan. Saya akan jadi benteng terakhir untuk itu, termasuk membentengi Pak Jokowi dari serangan itu (impeachment)," kata lelaki kelahiran 10 September 1962 yang biasa disapa Bamsoet itu kepada detik.com

 

Ketua MPR Bambang Soesatyo [ist]

 

Dihubungi Inakoran ke Manado melalui telpon selulernya,  Direktur LKAK Viktus Murin memuji sikap blak-blakan yang ditunjukkan Bamsoet. "Hormat dan respek untuk Pak Bamsoet. Dalam kapasitas sebagai Ketua MPR RI, beliau sudah bersikap terang benderang terhadap konstitusi bernegara.  Pemilihan Presiden dan jalannya pemerintahan dari hasil pemilihan presiden itu adalah proses konstitusional bernegara. Jadi, tidak boleh ada pihak yang mempermainkan konstitusi negara, termasuk untuk memakzulkan seorang presiden di tengah jalan," tegas Viktus Murin, Sekjen Presidium GMNI periode 1999-2002.

Viktus menjadi Sekjen Presidium GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) hasil Kongres Kupang tahun 1999. Saat itu Viktus menggantikan Sekjen GMNI periode 1996-1999 hasil Kongres Bali, Ahmad Basarah (Baskara), yang kini menjabat Wakil Ketua MPR RI bersama delapan wakil ketua lainnya. 

Menurut Viktus, sikap blak-blakan yang ditunjukkan Bamsoet merupakan refleksi dari sikap kebangsaannya yang orisinil. "Harus begitu sikap seorang negawaran. Tidak boleh ada kompromi sedikit pun apabila sudah menyangkut kelangsungan hidup bernegara. Kita semua elemen bangsa yang hidup saat ini, posisinya hanya menerima warisan dari Para Pendiri Bangsa. Tidak ada hak apapun pada kita untuk merusak tatanan hidup bernegara dan berbangsa seperti yang diwariskan oleh Para Pendiri Bangsa," tegas Viktus yang kini telah berdomisili di Manado Sulawesi Utara.  

Wartawan Pos Kupang angkatan perdana tahun 1992 ini mengatakan, secara eksistensial, pemerintahan yang dipilih melalui pemilu merupakan muara dari representasi aspirasi rakyat Indonesia yang majemuk. "Ini berarti secara formal kenegaraan, eksistensi seorang Presiden itu mewakili kemajemukan rakyat Indonesia yang dipimpinnya. Oleh karena itu, tidak boleh terjadi seorang presiden dimakzulkan hanya oleh kepentingan politis dan atau ideologis dari kelompok tertentu," tegas Viktus, satu dari 21 Tokoh Kristiani 2018 Pilihan Majalah "Narwastu".

Simak Video Inakoran.com dan jangan lupa "Klik subscribe and like" untuk memperkokoh NKRI

 

 

Wakil Sekjen DPP AMPI periode 2003-2008 ini mengaku optimis bahwa MPR di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo, akan lebih bagus kinerja kelembagaannya, serta dapat optimal memainkan peran simbolik historis sebagai lembaga tertinggi negara. 

"Di masa lalu secara, MPR secara de jure pernah diposisikan sebagai lembaga tertinggi negara. Saat ini, dalam sistem bikameral, kendati pun secara de jure MPR tidak lagi merupakan lembaga tertinggi negara, namun MPR tetap bisa memainkan peran simbolik historis kenegaraannya sebagai lembaga tertinggi negara. Saya sungguh yakin pada kapasitas dan kompetensi kenegarawanan, serta integritas kebangsaan Pak Bamsoet. Di bawah kepemimpinan beliau, MPR pasti lebih berwibawa dan bermartabat," pungkas Viktus, pria asal  Pulau "Ikan Paus" Lembata-Nusa Tenggara Timur.

 

KOMENTAR