Faktor Genetik Diyakini Punya Pengaruh Dalam Memilih Minuman Kopi Atau Teh

Binsar

Wednesday, 21-11-2018 | 06:01 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Jakarta, Inako –

Umumnya, orang menganggap pilihan minuman kopi atau teh hanya soal selera seseorang. Ada yang suka teh dan ada juga yang suka kopi. Akan tetapi sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Report di jurnal Nature pada Kamis (15/11) menjelaskan, pilihan kopi atau teh ternyata dipengaruhi oleh faktor genetika seseorang.

Menurut para peneliti, faktor genetik berperan dalam menentukan kecenderungan preferensi rasa pahit seseorang sekaligus menentukan kebiasaan minum seseorang.

Teh dan kopi mengandung komponen pahit yang berkontribusi terhadap rasa senang. Kedua minuman mengandung kafein dengan rasa pahit, sementara kopi mengandung molekul pahit lain yang disebut quinine, yang juga ditemukan dalam air tonik.

Mengutip jurnal Nature, untuk mengetahui apakah variasi ini memengaruhi preferensi memilih teh atau kopi, Daniel Hwang dari University of Queensland, Australia, bersama rekan-rekan mempelajari hubungan antara gen reseptor rasa serta kebiasaan konsumsi teh dan kopi. Sebanyak 430 ribu pria dan wanita berusia 37-73 tahun menjadi subjek dalam penelitian ini.

Hasilnya, seseorang dengan gen yang memiliki kepekaan tinggi terhadap rasa pahit, lebih cenderung menjadi peminum teh. Sebaliknya, seseorang dengan gen yang kurang peka terhadap rasa pahit, cenderung menjadi peminum kopi.

"Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa perbedaan dalam persepsi rasa pahit terkait dengan perilaku konsumsi minuman pahit yang spesifik," tulis para peneliti.

Secara teknis, para peserta dengan kepekaan tinggi terhadap rasa pahit, 20 persen lebih mungkin menjadi peminum berat kopi. Seharusnya, mereka meminum lebih dari empat cangkir kopi per hari. Namun, faktanya kelompok yang satu ini cenderung terbiasa menikmati secangkir teh.

 "Ini mungkin karena orang yang lebih baik mendeteksi pahitnya kafein lebih rentan kecanduan efek stimulannya. Dan, kopi memang mengandung lebih banyak kafein daripada teh," ujar Hwang, mengutip New Scientist.

Tak cuma itu, tim juga menemukan bahwa kepekaan yang tinggi terhadap kepahitan terkait dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol. Orang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap rasa pahit kecil kemungkinan untuk menjadi peminum berat alkohol.

Kendati demikian, para peneliti tetap merasa perlu ada penyelidikan lebih lanjut terkait hal tersebut. 

Sebelumnya, sebuah penelitian di Australia pada tahun 2005 juga menemukan hal yang hampir serupa. Mengutip ABC News, penelitian itu menyebutkan bahwa 42 persen preferensi pilihan teh atau kopi terkait dengan faktor genetik.

KOMENTAR