FIFA Dikecam Karena Menerapkan Perlakuan Berbeda Antara Rusia dan Israel

Jakarta, Inako
Keputusan FIFA memboikot semua even olahraga di Rusia menuai kecaman dari banyak pihak.
Komentator sepak bola asal Tunisia Issam Shawali, misalnya. Ia tidak bisa menyembunyikan kemarahan terhadap FIFA. Shawali mengkritik standar ganda FIFA, yang menimbulkan larangan simpati dan solidaritas terhadap perjuangan Palestina, tapi memberi simpati terkait invasi ke Ukraina.
Serangan terhadap FIFA juga diungkap pengamat sepak bola asal Aljazair, Hafid Derradji, yang mengatakan sikap FIFA tidak akan meredupkan dukungan terhadap Palestina.
"Mereka [FIFA] meminta kami untuk tidak mencampuradukkan politik dengan olahraga ketika kami berbicara tentang Palestina. Tapi hal itu tidak akan menghalangi kami, dan seharusnya memotivasi kami untuk terus mengatakan yang sebenarnya," ucap Derradji.
Seperti telah diberitakan, FIFA dan UEFA menghukum Rusia karena invasi ke Ukraina, tapi tidak memberi sanksi kepada Israel terkait serangan ke Palestina.
Keputusan FIFA memberi hukuman kepada Rusia karena invasi ke Ukraina tak pelak mengundang reaksi pro-kontra dari masyarakat dunia.
FIFA dianggap menerapkan standar ganda karena tidak memberi hukuman kepada Israel yang sudah bertahun-tahun menyerang Palestina. Sementara, Rusia yangn menginvasi Ukraina 24 Februari lalu dihukum FIFA dengan mencabut hak untuk ikut serta dalam putaran final Piala Dunia di Qatar akhir tahun ini.
Sanksi FIFA atas Rusia memang keras. Tidak hanya dilarang tampil di Piala Dunia 2022, seluruh tim putra, putri, dan klub Rusia tidak boleh tampil di kompetisi FIFA dan UEFA hingga waktu tidak ditentukan.
Kritikan itu muncul karena FIFA dianggap menerapkan standar ganda, menutup mata terhadap serangan yang dilancarkan Israel terhadap Palestina.
KOMENTAR