Fokal UI Prihatin dengan Rencana Pemerintah Bentuk Badan Riset Baru

Sifi Masdi

Thursday, 23-05-2019 | 20:14 pm

MDN
Kampus Universitas Indonesia [inakoran.com/inako tv]

Jakarta, Inako

Forum Koordinasi Lintas Fakultas (Fokal) Alumni Universitas Indonesia (UI) prihatian dengan rencana pemerintah untuk membentuk badan riset baru. Pasalnya, badan riset baru tersebut kemungkinan akan tumpang tindih dengan  lembaga riset yang sudah ada seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Hal ini diungkapkan anggota Fokal UI Prof. Dr. Purnawan Junadi  dalam Simposium Kebangsan dan Peringatan  111 Tahun Kebangkitan Nasional  yang diselenggarakan Forum Koordinasi Lintas Fakultas (Fokal) Alumni UI, Senin (20/5/2019). Purnawan hadir sebagai salah satu pembicara dalam sesi kedua dengan tema: “Pendidikan, Riset & Teknologi, Kesehatan. 

Seperti diketahui dalam debat Capres/Cawapres beberapa waktu lalu, Cawapres Ma’ruf Amin mengungkapkan rencana akan membantuk Badan Riset Nasional (BRN). Lembaga ini pasti akan dibentuk setelah  KPU mengumumkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin terpilih sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2019-2024.

Dalam simposium tersebut Purnawan mempertanyakan urgensi pemerintah  membentuk  badan riset baru seperti BRN, padahal sekarang sudah ada LIPI, BPPT, dan LAPAN.

“Kalau Jokowi-Ma’ruf Amin menang maka kemungkinan BRN akan segera dibentuk. Karena itu pertanyaannya adalah apakah kita perlu lagi sebuah badan baru lagi. Mengapa kita tidak berusaha untuk memberdayakan lembaga riset yang sudah ada,” tanya Purnawan.

Tetapi Purnawan tidak mempersoalkan kalau pemerintah berencana membentuk lembaga riset yang baru. Namun ia mengingatkan agar lembaga riset tersebut tidak dipimpin oleh orang dari partai politik atau mempunyai afiliasi dengan partai politik tertentu.

“Saya yakin BRN akan dibentuk. Tapi kita minta agar Kepala BRN bukan orang partai Politik. Di tengah carut-marut dunia riset dan penelitian, justru dijawab dengan membentuk badan baru. Ini agak sulit memang dan saya  pesimis (apa berhasil). Namun, kita sedikit optimis dengan rencana Bappenas, yaitu mengakui keberadaan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan. Misalnya Bappenas punya konsep Iptek Agen Pemberdayaan. Dari 28 pohon atau dari 28 tema Iptek, ada satu tema yang terkait sosial humaniora sementara 27 lainnya sangat jauh dari ilmu sosial humaniora,” tuturnya.


 

 

KOMENTAR