Freeport Segera Tutup Tambang Terbuka, Ekonomi Papua Diperkirakan Akan Terganggu

Binsar

Thursday, 01-11-2018 | 08:20 am

MDN
Lokasi tambang PT Freeport [ist]

Jayapura, Inako –

PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana akan menutup operasi tambang terbuka (grasberg) dan hanya bergantung pada tambang bawah tanah. Sejumlah kalangan menilai, keputusan itu akan berdampak pada terganggunya ekonomi Papua secara keseluruhan.

Pihak Bank Indonesia (BI) memperkirakan, keputusan Freeport tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Papua di masa yang akan datang.

"Pada 2019, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita (Papua) akan ada pertumbuhan minus (-) untuk Papua. Akan tetapi sekali lagi, hal itu dipengaruhi karena adanya peralihan dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah di Freeport," ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Provinsi Papua Joko Supratikto, di Jayapura, Rabu.

Ia menyebut masih tingginya ketergantungan Papua terhadap sektor tambang yang mayoritasnya berasal dari produksi PTFI, akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua.

Ekonomi Papua triwulan II-2018 dibanding triwulan II-2017 (y-on-y) tumbuh 24,68 persen dan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 56,03 persen.

 

Namun, ia meyakini pertumbuhan ekonomi dari sektor non tambang akan lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Kami tetap optimis, sektor non tambang itu akan tetap bertumbuh rata-rata 6,8 hingga 6,9 persen di 2019 mendatang. Hanya saja, jika kita melihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kita itu akan sedikit minus," kata dia.

Joko memastikan BI akan berusaha agar sektor non tambang bisa meminimalisir ketergantungan Papua terhadap sektor pertambangan, terutama dari sektor kontruksi.

PTFI sempat menyatakan akibat penutupan tembang terbuka, akan ada penurunan produksi tambang penghasil emas dan tembaga pada tiga tahun mendatang karena tambang bawah tanah belum beroperasi secara maksimal.

 

KOMENTAR