Garuda Indonesia Bukukan Laba Bersih US$ 809.846

Jakarta, Inako
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berhasil mengantongi keuntungan setelah sebelumnya sempat rugi di tahun 2017.
Emiten penerbangan milik pemerintah mencatat keuntungan sebesar US$ 809.846 atau setara Rp 11,49 miliar (Kurs Rp 14.200/US$) dari yang sebelumnya rugi US$ 216,58 juta (Rp 3,07 triliun).
Uniknya, laba tersebut berhasil dibukukan Garuda Indonesia dengan pertumbuhan penjualan yang peningkatannya di bawah pertumbuhan tahun 2017.
Total penjualan perusahaan tahun lalu hanya naik tipis 4,69% year-on-year(YoY) menjadi US$ 4,37 miliar dibanding pencapaian tahun 2017 US$ 4,18 miliar. Perolehan pendapatan GIAA pada 2017 GIAA tersebut tumbuh 8,11% YoY.
Jika dirinci, penjualan GIAA tahun lalu nampaknya tidak dapat tumbuh optimal karena pendapatan dari pos penerbangan tidak berjadwal seperti haji dan charter anjlok 11,49% YoY, padahal sebelumnya pos pendapatan ini berhasil tumbuh hingga 56,19% YoY.
Di samping itu, pendapatan dari pos penerbangan berjadwal masih dapat naik tipis 4,01% YoY menjadi US$ 3,54 miliar, sedangkan pos pendapatan lainnya juga tumbuh 19,86% YoY menjadi US$ 567,93 juta.
Akan tetapi, jika ditilik lebih detil, GIAA semestinya merugi karena total beban usaha yang dibukukan perusahaan tahun lalu mencapai US$ 4,58 miliar, dimana US$ 206,08 juta lebih besar dibandingkan total pendapatan tahun 2018.
Namun, performa perusahaan dapat terselamatkan karena satu perjanjian kerja sama.
Pada tanggal 31 Oktober 2018, Grup Garuda Indonesia, termasuk Sriwijaya Air, mengadakan perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan (wi-fi on board) dan hiburan dalam pesawat.
Atas perjanjian tersebut MAT bersedia membayar biaya kompensasi senilai US$ 239,94 juta untuk hak pemasangan peralatan konektivitas pada 203 pesawat dan layanan hiburan pada 99 pesawat.
Terlebih lagi, kedepannya Garuda Indonesia masih akan mendapatkan tambahan pemasukan dari MAT selama setidaknya 15 tahun mendatang atas pemasukan yang diperoleh MAT dari penggunaan layanan konektifitas dan iklan.
Lebih lanjut, perusahaan juga mencatatkan tambahan pendapatan dari keuntungan revaluasi property tanah dan bangunan sebesar US$ 15,19 juta, serta keuntungan pelepasan aset tetap senilai US$ 7,26 juta.
Dengan demikian, maskapai pelat merah ini mampu mendistribusikan laba per saham senilai US$ 0,00003/saham.
Sebagai informasi tambahan, di akhir periode 2018 total aset GIAA naik menjadi US$ 4,37 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 3,76 miliar. Pertumbuhan aset disokong dari peningkatan piutang usaha, dana cadangan, dan aset tetap.
Sedangkan untuk total liabilitas perusahaan meningkat US$ 3,46 miliar dari sebelumnya US$ 2,83 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek US$ 2,45 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 1,01 miliar.
Sementara nilai ekuitas pada tahun lalu tercatat US$ 910,19 juta.
TAG#Maskapi Penerbangan, #Emiten, #Laba Bersih, #Garuda Indonesia
190215721
KOMENTAR