Gelombang Tinggi Hambat Pelayaran Mamuju-Balikpapan

Binsar

Monday, 18-02-2019 | 09:41 am

MDN
Salah satu kapal feri yang melayani Pelayaran Mamuju-Balikpapan [ist]

Mamuju, Inako –

Gelombang tinggi yang terjadi di Selat Makassar, mengakibatkan pelayaran dari Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menuju Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) terhenti untuk sementara waktu guna mencegah terjadinya peristiwa yang tidak dikehendaki.

Sejumlah kapal yang berdasarkan jadwal seharusnya sudah berangkat dari Mamuju menuju Balikpapan terpaksa bersandar di dermaga Mamuju.

Seperti yang terjadi dengan kapal Feri KM Laskar Pelangi, yang seharusnya berangkat menuju ke Pelabuhan Kariangau Kota Balikpapan pada Rabu (13/2), namun karena gelombang tinggi sampai saat ini masih terlihat bersandar di Pelabuhan Simboro Mamuju.  

Akibat penundaan pelayaran itu, sejumlah penumpang yang datang dari berbagai kabupaten di Sulbar sejak Rabu (13/2) terpaksa menginap di area pelabuhan.

"Saya di sini (Pelabuhan Mamuju) sejak Rabu siang tetapi ternyata kapal tidak jadi berangkat sehingga kami terpaksa menginap di pelabuhan. Menurut petugas pelabuhan, kapal tidak jadi berangkat karena gelombang di Selat Makassar sangat tinggi," jelas seorang penumpang asal Kabupaten Mamuju Tengah, Lukman.

Sementara itu, akibat penundaan pelayaran tersebut sekitar 8.100 ayam potong asal Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan yang akan dikirim ke sejumlah kabupaten dan kota di Kaltim, juga tertahan di Pelabuhan Mamuju.

"Kami disini sudah empat hari dan sudah ratusan ekor ayam yang mati akibat terlalu lama di mobil. Ada enam truk yang membawa ayam potong yang akan didistribusikan di Kaltim dan masing-masing truk memuat 1.350 ekor ayam potong . Di mobil saya saja sudah hampir 30 ekor yang mati," terang sopir truk pengangkut ayam potong Sudirman.

Ia memastikan, jumlah ayam yang mati akan terus bertambah menyusul belum adanya kepastian pemberangkatan kapal.

Namun ia berharap, kondisi cuaca di perairan Sulbar kembali normal sehingga KM Laskar Pelangi dapat segera diberangkatkan.

"Pastinya ayam yang mati akan terus bertambah sebab ayam-ayam itu stres akibat panas dan terlalu lama di truk. Juga semakin lama kami disini, akan semakin bertambah biaya apalagi kami harus membelikan pakan untuk ayam. Kalau pelayaran normal, selama perjalanan ayam-ayam itu tidak diberi makan karena perjalanan hanya satu hari tetapi karena ini sudah berhari-hari sehingga biaya operasional bertambah besar," tambahnya.

KOMENTAR