Gus Ami Negara dan Politik Kesejahteraan

Oleh. : Adlan Daie.
Pemerhati politik. Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat.
JAKARTA, INAKORAN
Peluncuran buku "Negara Dan Politik.Kesejahteraan", karya Dr. H. Abdul Muhaemin Iskandar (selanjutnya ditulis : Gus Ami), Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di.Gedung Perpustakaan Nasional kamis (18 Maret 2021) dalam kerangka teoritis Neil Snecter dalam "Theory Of Collective Behavior" dapat diandaikan cara "soft" Gus Ami mengambil momentum politik mengisi ruang kosong percakapan publik tentang politik kesejahteraan. Tidak terbawa larut dalam kegaduhan diskursus "Political Game". Politik yang hanya dimaknai tak lebih dari urusan permainan taktikal merebut kekuasaan yang membuat publik makin jengah dengan percakapan politik tanpa urgensi bagi kesejahteraan publik.
BACA:
China menandai kembalinya 120 tahun dengan kembang api di Alaska
Buku diatas dibedah secara serius dengan menghadirkan empat nara sumber yang sangat kredibel.di bidang nya. Yaitu KH. Yahya Chalil Staquf, Katib 'Am PBNU, Prof. Dr. Arif Satria, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Yudi Latif, penulis buku "Negara Paripurna", eks kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Eep.Saefullah Fatah, CEO Polmark, konsultan politik. Pendalaman substansi dan perspektif para nara sumber terhadapnya dengan menimbang posisi politis Gus Ami penulisnya dapat di akses antara lain melalui platform media sosial youtube "NU Channel". Membacanya secara langsung tentu lebih memberikan kedalaman perspektif atas issu dan problem yang diangkat buku ini.
Penulis.sedikit memberi catatan singkat atas peluncuran buku ini sebagai berikut :
Pertama, Sebagai politisi yang lahir dari tradisi pesantren tentu.Gus Ami.paham betul "kaidah pesantren" bahwa kepemimpinan politik adalah dalam kerangka "Tashorruful Imam 'Ala Al raiyah Manutun Bil Maslahah", bahwa nilai.kemuliaan dan manfaat instrumental politik harus selalu dan wajib terikat dengan seberapa besar kepemimpinan politik (tentu turunannya policy negara) memberi effect maslahat dan kesejahteraan kepada public.
Dalam kerangka itu penulis meletakkan buku Gus Ami tentang "Politik Kesejahteraan" bukan sekedar bentuk pertanggungjawaban kerja politiknya sebagai Wakil Ketua DPR RI, Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat sebagaimana disampailan Gus Ami dalam.sambutan acara peluncuran buku tersebut, lebih dari itu, bentuk peneguhan komitmennya sebagai tokoh representasi politik Nahdlatul Ulama (NU) bahwa "Politik Kesejahteraan" adalah "nilai" dari pandangan politik dunia pesantren yang harus dijaga. Bukan politik "At Takatsur" (diksi Al quran) yang hanya bermegah megah diri dalam tampilan eksoteris jabatan.
Kedua, penulis memaknai gagasan Gus Ami tentang "Politik Kesejahteraan" dengan aksentuasi tematik dalam salah satu bab bukunya terkait persoalan pertanian adalah ikhtiar politiknya sebagai Ketua Umun PKB untuk memperluas basis elektoral pada rumpun pemilih petani yang dulu oleh Clifford Geezt dalam bukunya "The Religion Of Java" dikategorikan sebagai rumpun pemiilh "Abangan". Rumpun mayoritas pemilih di Indonesia di luar basis pemilih rumpun "santri"yang dari pemilu ke pemilu makin mengecil prosentase "ceruk" pemilihnya.
Barangkali dari sinilah benang merahnya tagline "peduli umat, pelayan rakyat" sebagai turunan dari.gagasan besar Gus Ami tentang "Politik Kesejahteraan". Sebuah tagline penuh tenaga yang dikonstruksi sangat baik oleh Saeful huda, Ketua DPW PKB Jawa Barat untuk meneguhkan perjuangan politik PKB di Jawa Barat sekaligus dari sisi kerja kerja elektoral dapat dimaknai pula dalam kerangka "Al Muhafadloh", memelihara basis tradisional kekuatan elektoral PKB pada level komunitas pesantren, madrasah dll ("Peduli Umat") dan secara bersamaan "Al Akhdu", melakukan inovasi kontekstual dalam memperluas penguatan basis elektoral baru dengan mejadi "pelayan rakyat" secara maksimal.
Pertanyaan hipotesisnya mampukah power struktural PKB "membumikan" gagasan besar "Politik Kesejahteraan" Gus Ami di atas dan dalam konteks regional.PKB Jawa Barat mengaktualisasikan tagline "Peduli Umat, Pelayan Rakyat" dalam kerja politik nyata di basis akar rumput untuk capaian 15% suara PKB secara Nasional di pemilu 2024 ? Inilah "PR" bagi seluruh fungsionaris PKB di semua jenjang struktural partai dan sayap sayapnya untuk menguatkan konsolidasi, aliansi taktis dengan ragam komponen dan massifikasi branding gagasan kuat dan magnitik di ruang publik di sisa waktu hingga tiba waktu pemilu 2024.
Mengutip "jimat" Otto Van Bismoch, "Politic Is Act Off The Possible", politik adalah seni mengelola kemungkinan dan kemungkinan meraih 15% suara nasional bukanlah suatu target absurd yang "melangit", kecuali jika para fungsionaris PKB gagal paham menangkap pesan gagasan besar Gus Ami di atas dan kader PKB jawa Barat putus sambung dengan spirit tagline "Peduli Umat, Pelayan Rakyat", apalagi jika terjangkit mental "Al Takastur", hanya bermegah.megah diri yang memuakkan ruang publik.
Akhirnya, penulis mengucapkan selamat kepada Gus Ami atas peluncuran bukunya "Negara Dan Politik Kesejahteraan". Semoga jalan politiknya "Peduli Umat, Pelayan Rakyat" makin menjadi nafas gerakan di ruang publik.
TAG#ADLAN DAIE, #Gus Ami Negara dan Politik Kesejahteraan
190215420

KOMENTAR