Gus Dur Berjasa Menjamin Kebebasan Rayakan Imlek

Sifi Masdi

Sunday, 19-01-2020 | 09:04 am

MDN
Praktisi Hukum dari Islamic Law Firm Amsori [dok:pribadi]

Jakarta, Inako

Kemeriahan perayaan Imlek di Nusantara Indonesia atau yang juga dikenal sebagai Tahun Baru China memang tidak bisa dilepaskan dari sosok  Presiden ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Hal ini diungkapkan oleh Praktisi Hukum dari Islamic Law Firm Amsori.  Ia mengakui Gus Dur itu mempunyai peran penting dalam melepaskan diri dari belenggu rasis. Presiden ke-4 itu terkenal dengan konsep kebangsaan yang nonrasial.

Menurut Amsori, Leo Suryadinata dalam bukunya Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia (2010, hlm. 230) menyatakan “Gus Dur menyebut kelompok-kelompok etnis di Indonesia sebagai ‘orang’ bukan ‘suku’. Gus Dur berbicara tentang orang Jawa (etnis Jawa), orang Jakarta (etnis Betawi) dan orang Tionghoa (etnis Cina) yang kesemuanya adalah bagian dari orang Indonesia.

Amsori mengatakan Gus Dur tidak hanya berteori, namun ia merealisasikan gagasannya itu ketika menjadi presiden pada 1999.

“Cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari yang sejak lama dikenal sebagai Tokoh Pluralis itu menganulir Inpres No. 14/1967 dengan menerbitkan Inpres No. 6/2000. Sejak itulah, komunitas Tionghoa bebas kembali menjalankan kepercayaan dan budayanya,” tegas Amsori.

Gus Dur dinilai sebagai sosok yang melepaskan kekangan warga Tionghoa selama puluhan tahun yang kini dapat mengekspresikan kebebasannya merayakan Imlek (Tahun Baru Cina) dan Cap Go Meh setelah pencabutan Inpres terkait pelarangan itu.

Menurut Amsori, hal itu pula yang melandasi Gus Dur sebagai upaya mengakhiri diskriminasi yang ada saat itu. Ia yakin bahwa tanpa Gus Dur tidak ada Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara terbuka, tanpa Gus Dur tidak ada barongsai dan naga turun ke jalan, serta tidak ada bahasa mandarin diajarkan di sekolah bahkan di pesantren,

“Saya mengucapkan “Gong Xi Fa Chai Xi Nian Kuai Le, semoga berbahagia dan kaya raya, dan mendoakan semoga Almarhum Gus Dur diterima segala amal ibadahnya oleh Allah SWT serta hubungan bilateral negara Indonesia dengan Cina kembali membaik dan lebih maju untuk kesejahteraan rakyatnya, sehingga menjadi negeri yang Baldhatun Toyyibatun Warabbun Ghofur,” tambahnya.


 

KOMENTAR