H. Dedi Wahidi, Ono Surono dan Masa Depan Indramayu

Johanes

Thursday, 26-12-2019 | 12:13 pm

MDN
Adlan Daie, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

Oleh : Adlan Daie
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

Indramayu, Inako

Tulisan ini tidak memproyeksikan salah satu di antara H.Dedi Wahidi dan Ono Surono maju dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020 melainkan meletakkan pentingnya ketokohan keduanya melalui peran dan pengaruh politiknya sebagai tokoh politik yang tumbuh, besar dan berkeringat bersama suasana kebatinan sosial mayarakat Indramayu dalam kerangka mengawal proses suksesi kepemimpinan politik dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020. Sebuah titik starting point untuk memulai perubahan menuju masa depan Indramayu 'Baru' (Bersih, Amanah, Religius dan Maju).

Masa depan Indramayu adalah masa depan milenial. Ciri dan karakteristik milenial antara lain, menurut hasil penelitian Boston Consulting Group (BCG) ,yaitu, instan, cepat, praktis dan No smartphone, No life (tanpa handphone pintar, matilah aku). Karena itu, Indramayu masa depan tidak cukup dikelola oleh kepemimpinan politik standar biasa-biasa saja. Kepemimpinan 'robot' politik yang  birokratis miskin visi, hampa narasi dan nihil prestasi kecuali sekedar tumpah ruah pencitraan diri, penuh janji, jauh panggang dari api.

H.Dedi Wahidi dan Ono Surono adalah dua tokoh politik utama Indramayu. Dalam timbangan Clifford Gedz dalam bukunya The Religion Of Java  tentang segmentasi sosial pemilih masyarakat Jawa H.Dedi Wahidi dapat dikategorikan mewakili rumpun sosial santri dan Ono Surono representasi sosial abangan dalam definisi politis yang lebih ketat. Dalam sejarah politik di Indonesia kedua kelompok sosial diatas, yakni santri dan abangan relatif mudah mempertemukan titik konvergensi dan sinergitas politiknya.

Jika keduanya berbagi peran menuntun gerakan perubahan Indramayu dari sisi proses dan kristalitasi figur-figur yang diusungnya dalam kontestasi Pilkada Indramayu 2020, dapat diharapkan mampu menghadirkan kepemimpinan politik :

Pertama,  menggerakkan birokrasi layanan publik dijauhkan dari beban kerja politik yang manipulatif. Birokrasi dengan anggaran besar dan SDM memadai belum hadir layaknya layanan jasa swasta seperti Gojeck, Grab, JNE, JNT, TIKI yang telah memanjakan layanan konsumennya. Cukup duduk dan aktifkan smartphone maka layanan nyaris segala hal akan cepat dan instan. Birokrasi seperti layanan KTP dan KK justru belum berhenti memaksa rakyat kita mengurusnya dengan prosedur rumit, melelahkan dan menjengkelkan.

Kedua, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Indramayu tahun 2018 masih di urutan ke -23 dari 27 kabupaten/ kota di Jawa Barat dan urutan paling buncit di kawasan Wilayah III Cirebon menandai sebuah fakta tak terbantahkan bahwa level derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan kemampuan daya belinya sangat rendah dibanding rata-rata  masyarakat Jawa Barat. Sebuah fakta statistik terukur tidak dapat ditutupi oleh jargon-jargon sambutan puja-puji di panggung publik.

Ketiga, merecovery citra Indramayu di ruang pulik pasca OTT KPK menjerat H. Supendi, Bupati sekaligus Ketua DPD Partai  Golkar Indramayu, sejumlah pejabat pelaksana teknis, broker swasta dan jaringan kontraktor yang daya rusaknya bukan saja meruntuhkan marwah dan martabat pelaku dan partai yang dipimpinnya, lebih dari itu, merusak harkat dan sendi- sendi kehidupan masyarakat Indramayu dengan visi Religius-nya di ruang publik.

Sebagai tokoh politik Indramayu di panggung politik Nasional dalam posisi anggota DPR RI  baik H.Dedi Wahidi maupun Ono Surono, tentu sangat memahami bahwa Indramayu di mana keduanya lahir, tumbuh dan secara representasi politik diwakilinya tidak dalam kondisi baik-baik saja. Fakta statistik rendahnya IPM masyarakat Indramayu tak dapat dimanipulasi. Layanan dasar publik yang tertatih-tatih jauh dibawah layanan jasa swasta sekelas JNT, JNE, TIKI dan lain-lain tak dapat ditutup- tutupi.

Harapan yang tersisa untuk menghadirkan kepemimpinan yang menggerakkan biokrasi layanan publik tanpa beban politik golongan, mengakselerasi trend kenaikan IPM pada level yang sepantasnya dan me-recovery citra buruk Indramayu di ruang publik sebagaimana gambaran di atas starting poin-nya adalah kontestasi Pilkada Indramayu 2020.

Dua tokoh politik Indramayu di atas merupakan variabel sangat penting untuk terlibat dan melibatkan diri dalam titik pusaran desain orkestrasi politiknya dalam kerangka menggerakkan anasir segmegtasi sosial yang beragam dalam gerakan satu shaf barisan perubahan untuk menghadirkan Indramayu 'Baru', yakni Bersih, Amanah, Religius dan Maju dalam  bersatunya perkataan dan perbuatan. Bersatunya janji dan prestasi. Mari kita tunggu.

Semoga bermanfaat

KOMENTAR