Harga Gas Elpiji 3 Kilogram Melonjak Di Aceh Tenggara

Inakoran

Saturday, 10-02-2018 | 02:59 am

Gas LPG 3 kilogram langkah dan mahal di Aceh Tengg

ong>Kutacane, Inako –

Harga Bahan bakar gas elpiji bersubsidi kemasan tiga kilogram atau gas melon melonjak di Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Selain harga melambung, gas berukuran tiga kilogram itu juga sangat sulit didapat konsumen di daerah itu.

Info terakhir menyebutkan, harga gas elpiji tiga kilogram mencapai Rp 32.000 per tabung, jauh di atas harga ecerah yang telah ditetapkan pemerintah.

"Harga gas melon jadi mahal di pengecer, kini seharga Rp 32.000 per tabung. Bahkan di wilayah pelosok, harga jual LPG ini bisa lebih tinggi lagi," kata Dina Pinem (37), penduduk di Desa Kotarih, Kutacane, Rabu (7/2/2018).

Jika warga setempat memperoleh gas LPG yang disubsidi pemerintah itu di pangkalan, lanjutnya, maka di tempat perpanjangan tangan agen PT Pertamina (Persero) berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 27.000 per tabung.

Bahkan saat ini gas melon di pangkalan cuma bertahan sekitar tiga jam, setelah dipasok dari mobil agen, sehingga penduduk kelas bawah terutama warga miskin semakin sulit mendapatkan LPG bersubsidi di wilayah tersebut.

Data PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumatera Bagian Utara menyebut, di wilayah Aceh Tenggara terdapat dua agen penyalur yakni PT Gasta Mulyo dan PT Minanda Desky Jaya total menyalurkan bagi 84 pangkalan dengan HET Rp 20.000 per tabung.

Dasimah (53), penduduk di Kecamatan Bukit Tusam mengatakan, telah hampir satu bulan gas elpiji tiga kilogram sulit dicari terutama di kedai pengecer.

"Harga termurah di kedai di Desa Lawe Dua ini Rp 28.000 per tabung. Tapi, itu pun gasnya kadang ada kadang tidak. Sementara di kedai lain sudah dijual seharga Rp 30.000 sampai Rp 32.000 per tabung," ujarnya.

Fatima (45), warga Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, mengaku, dirinya sudah mulai memasak menggunakan kayu bakar akibat kesulitan mendapatkan gas melon tersebut.

PT Pertamina (Persero) Marketing MOR I Sumatera Bagian Utara mendapatkan informasi dari warga setempat atas dugaan adanya pangkalan menaikkan harga jual dari HET yang seharusnya.