Harga Gula Kristal Putih di Petani Melorot, di Konsumen Menukik

Inakoran

Thursday, 24-05-2018 | 05:43 am

MDN
Stok gula di gudang [ist.]

n style="font-weight: 400;">Jakarta, Inako

Kebijakan impor gula mentah untuk dijadikan gula kristal putih ditengarai  berdampak pada melemahnya permintaan gula petani, yang berujung pada stag harga lelang.

Faktor utama mahalnya harga beli pedagang, menurut Maulana, adalah karena panjangnya rantai distribusi gula.

Sejak orde baru, selalu ada intervensi pemerintah untuk melindungi masyarakat dari terkaman harga pangan yang sering mencekik ketika hari besar keagamaan tiba, misalanya menjelang Idul fitri dan perayaan Natal. Jika beras lazim dengan sebutan harga eceran tertinggi atau HET. Maka gula demikian memilih nama “harga cuan”. Harga eceran demikian harga acuan tidak boleh melebihi titik tertinggi. Jika melonjak dari harga acuan pemerintah maka. operasi pasar digelar.  

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di konsumen dibanderol harga jual gula konsumsi di level Rp12.500/kg.

Rata-rata harga gula konsumsi produksi lokal di tingkat ritel saat ini mencapai Rp13.000/kg—Rp14.000/kg.

[caption id="attachment_29919" align="alignleft" width="221"] Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia [ist.][/caption]Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) M. Maulana mengatakan sejatinya pedagang tidak mengetahui perbedaan antara gula konsumsi produksi domestik atau gula konsumsi dengan bahan baku impor.

“Pedagang sendiri selama ini mendapatkan harga yang sudah cukup tinggi dari penyalur di pasar, sehingga kami terpaksa menjual dengan harga di atas acuan Rp12.500/kg,” akunya

"Pedagang sebenarnya bisa membeli langsung ke Bulog. Namun, karena ada syarat seperti minimum order dan pembelian menggunakan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri membuat pedagang kewalahan," ungkapnya.

Kondisi ini akhirnya memicu kemunculan sejumlah agen yang menjadi perantara antara pedagang dengan Bulog sehingga membuat harga pembelian pedagang melonjak tajam dari acuan pembelian Bulog seharga Rp9.700/kg. 

Faktor utama mahalnya harga beli pedagang, menurut Maulana, adalah karena panjangnya rantai distribusi gula. Jika rantai pasok itu bisa dipanjang-panjang mengapa harus diperpendek? Setali tiga uang dengan beras, meski kebutuhan utama masyarakat banyak, jangan-jangan karena “banyaknya” rantainya pun dibiarkan panjang.

 

Baca juga :




Perspektif Batik Iwan Tirta & Tiga Desainer, Bisa Bersahaja, Boleh Elegan Hingga Glamor

Kementerian Perindustrian Dorong Investor ke Sektor Hulu Petrokimia

Lotte Investasi US$3,5 Miliar Bangun Pabrik Nafta Cracker di Cilegon

KOMENTAR