Harga Minyak Naik Signifikan: Kamis (20/2/2025)

Sifi Masdi

Thursday, 20-02-2025 | 12:50 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami lonjakan yang signifikan, mendekati level tertinggi dalam sepekan. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran terhadap gangguan pasokan minyak, baik di Rusia maupun di Amerika Serikat.

 

Mengacu kepada laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 20 sen atau 0,3% menjadi US$76,04 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 40 sen atau 0,6% menjadi US$72,25 per barel. Ini adalah penutupan tertinggi bagi kedua patokan minyak sejak 11 Februari.

 

Aldo Spanjer, analis komoditas di BNP Paribas, mencatat bahwa pasar saat ini berusaha memahami dampak dari tiga faktor bullish: Rusia, Iran, dan OPEC. Ketegangan yang meningkat akibat serangan drone terhadap infrastruktur minyak Rusia telah mengurangi pasokan.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp 17.000: Kamis (20/2/2025)

IHSG Dibuka Menguat : Kamis (20/2/2025)

Suku Bunga Tinggi Dalam Periode Waktu yang Lebih Lama,’ Pemenangnya adalah Pemilik Rekening Tunai

Harga Minyak Dunia Kembali Naik: Dampak Gangguan Pasokan


 

Rusia melaporkan bahwa aliran minyak dari Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang merupakan jalur utama ekspor minyak mentah dari Kazakhstan, berkurang 30-40% setelah serangan drone Ukraina terhadap stasiun pemompaan.

 

Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan menyatakan bahwa serangan terhadap CPC mungkin telah dikoordinasikan dengan sekutu Barat Ukraina, yang semakin menambah ketegangan di kawasan tersebut. Di sisi lain, cuaca dingin di AS juga diperkirakan akan mengancam pasokan minyak, dengan Otoritas Pipa Dakota Utara mengantisipasi penurunan produksi hingga 150.000 barel per hari.

 

Dalam konteks ini, spekulasi muncul bahwa OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia dan Kazakhstan, mungkin akan menunda rencana peningkatan pasokan yang dijadwalkan pada bulan April.

Tony Sycamore, analis pasar di IG, menyoroti bahwa keputusan ini akan sangat bergantung pada kondisi pasar dan dampak dari ketegangan yang ada.

 

Namun, kekhawatiran mengenai permintaan dari Eropa dan China juga turut menjaga harga tetap stabil. Dengan tarif yang diumumkan oleh pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, ada potensi untuk menekan harga minyak. Peningkatan biaya barang konsumsi dapat melemahkan ekonomi global dan mengurangi permintaan bahan bakar, yang menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar.

 

Di tengah semua ini, dinamika politik di Ukraina juga menjadi perhatian. Trump mengkritik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, dengan menyebutnya sebagai "diktator tanpa pemilu," dan menyerukan agar dia bergerak cepat untuk mengamankan perdamaian. Namun, seberapa besar kemungkinan kesepakatan damai yang ditengahi AS antara Rusia dan Ukraina masih menjadi tanda tanya.

 

Analis Goldman Sachs mengingatkan bahwa pelonggaran sanksi terhadap Rusia mungkin tidak akan secara signifikan meningkatkan aliran minyak. Mereka berpendapat bahwa produksi minyak mentah Rusia lebih dibatasi oleh target produksi OPEC+ daripada sanksi yang ada, yang lebih mempengaruhi tujuan ekspor daripada volume ekspor itu sendiri.

 

Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Trump dapat berimplikasi pada inflasi yang lebih tinggi, yang menjadi perhatian di kalangan Federal Reserve. Perusahaan-perusahaan di AS mengindikasikan kepada bank sentral bahwa mereka berencana untuk menaikkan harga guna mengkompensasi biaya tambahan akibat tarif impor.

 


 

KOMENTAR