Hubungan Lion Air Group dengan Boeing Memanas

Sifi Masdi

Wednesday, 17-04-2019 | 07:54 am

MDN
Maskapi Lion Air [ist]

Jakarta, Inako

Hubungan antara Lion Air Group dan Boeing tengah memanas. Maskapai berlogo singa merah itu mengecam penanganan Boeing atas terjadinya kecelakaan yang menghilangkan penumpang dan kru pesawat 737 MAX yang dioperasikan Lion Air.

Rusdi Kirana, pria di balik berdirinya Lion Air menuduh Boeing memperlakukannya seperti 'celengan'. Pasalnya, Lion Air sudah menghabiskan puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk pesanan pesawat Boeing.

Seperti diketahi, berdasarkan data dari Lion Air, Selasa (16/4/2019), Lion Air Group saat ini mengoperasikan 10 armada Boeing 737 MAX-8. Secara total, Lion sudah memesan Boeing 737 sebanyak 222 unit.

Demikian Dikatakan Managing Director Lion Group, Daniel Putut Kuncoro Adi ditemui di Grand Mercure Hotel, Jakarta, 12 Maret 2019 lalu.

Nilai transaksi pesanan itu mencapai US$ 22 miliar. Jika mengacu nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS, maka nilai transaksi tersebut mencapai Rp 308 triliun. Seluruhnya armada yang telah dipesan dijadwalkan akan datang bertahap hingga 2035.

Seperti diberitakan sebelumnya, Rusdi menuduh Boeing memperlakukannya seperti 'celengan', lantaran Lion Air sudah menghabiskan banyak uang untuk pesanan pesawat Boeing.

"Mereka memandang rendah maskapai dan negara saya. Mereka memperlakukan kami sebagai negara dunia ketiga. Mereka memandang saya sebagai celengan mereka," kata Rusdi dikutip dari Reuters, Selasa (16/4/2019).

Lion Air Group bisa dibilang cukup mesra dengan pabrikan pesawat Boeing asal Amerika Serikat (AS). Namun, hubungan itu kini kian retak pasca rentetan kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8.

Mesranya hubungan dua perusahaan ini tercermin dari jumlah pesanan pesawat Boeing yang dilakukan Lion. Lion terbilang konsumen yang jor-joran membeli pesawat pabrikan AS ini.

Hingga saat ini total  Lion memesan Boeing 737 sebanyak 222 unit. Dari total itu, 11 pesawat berjenis MAX 8: 1 unit jatuh di Laut Jawa.

Nilai transaksi pesanan 222 unit pesawat Boeing mencapai US$ 22 miliar. Jika mengacu nilai tukar Rp 14.000 per dolar AS, maka nilai transaksi tersebut mencapai Rp 308 triliun. Seluruhnya armada yang telah dipesan dijadwalkan akan datang bertahap hingga 2035.

Namun hubungan kedua perusahaan merenggang pasca pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di Laut Jawa, tepatnya perairan Karawang Oktober 2018 lalu.

Keretakan hubungan keduanya mulai dari sini. Maskapai berlogo singa merah itu disebut-sebut mengkaji ulang pembelian pesawat Boeing dan berencana membatalkan semua pemesanan.

Sang pemilik, Rusdi Kirana juga pernah marah dengan Boeing karena terkesan lepas tangan atas jatuhnya pesawat JT610. Seperti dilansir Reuters pertengahan Desember 2018 lalu, Rusdi Kirana marah atas apa yang dia anggap itu sebagai upaya Boeing mengalihkan perhatian dari perubahan desain baru-baru ini dan menyalahkan Lion Air atas kecelakaan itu.

 

KOMENTAR