Ibu Shinta Nuriyah Wahid Ajak Warga Temanggung Terima Perbedaan Sebagai Berkah

Binsar

Saturday, 18-05-2019 | 05:08 am

MDN
Istri mendiang KH. Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, mengajak warga Temanggung Jawa Tengah menerima realitas perbedaan sebagai berkah. [Inakoran.com/Ina TV]

Temanggung, Inako –

Istri mendiang KH. Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, mengajak warga Temanggung Jawa Tengah menerima realitas perbedaan sebagai berkah.

Ajakan itu dia sampaikannya mengingat banyaknya orang saat ini yang melihat perbedaan sebagai pemicu perpecahan atau permusuhan.

Ia berpesan kepada masyarakat untuk tidak terpecah belah dalam kehidupan kebangsaan karena ruang kebangsaan adalah ruang kebersamaan yang saling bersatu dalam perbedaan.

"Kalau berbeda, berarti kita saudara. Bukan berbeda kemudian kita terpisah dan memisahkan diri. Bersatu dan bersaudara dalam perbedaan," katanya saat makan sahur bersama petani tembakau di Dusun Tempuran, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Jumat (17/5) dini hari.

Ia mengatakan, perbedaan harus dianggap sebagai berkah yang menjadikan satu sama lain sebagai saudara, bukan musuh.

Ia menuturkan perbedaan, termasuk perbedaan dalam berpolitik harus disikapi secara arif. Tidak boleh perbedaan dianggap sebagai benteng pemisah antara satu dengan yang lainnya. Batas perbedaan dimaknai sebagai ruang perjumpaan untuk mempererat persaudaraan.

"Kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan itu. Kita satu bangsa yang berbeda-beda tetapi tetap satu," katanya.

Shinta menyampaikan makna dari puasa adalah melatih untuk bersabar, tahan terhadap godaan dan saling menghormati satu sama lain. Menghormati di sini juga berarti menghormati perbedaan antarumat beragama serta antarpilihan politik.

"Jangan sampai puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja karena kita tidak memahami dengan baik makna puasa. Di antaranya itu, saling menghormati dan menghargai," katanya.

KOMENTAR