Identitas Pasutri Asal Indonesia, Pelaku Pengeboman Gereja di Filipina Januari Lalu, Terungkap

Binsar

Wednesday, 24-07-2019 | 06:16 am

MDN
Gereja di Filipina yang dibom Januari 2019 lalu [ist]

Jakarta, Inako

Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Selasa (23/7), akhirnya mengumumkan identitas pelaku serangan bom bunuh diri atas sebuah gereja di Filipina bulan Januari 2019 lalu. Pihak Polri mengatakan bahwa pelaku adalah pasangan suami-istri asal Indonesia, yang sebelumnya pernah mencoba masuk wilayah ISIS namun dideportasi Turki.

Pasangan dimaksud adalah Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Keduanya bertolak ke Turki pada 2016 dengan harapan bisa melintasi perbatasan ke Suriah. Akan tetapi, perjalanan mereka terhenti saat ditangkap pihak berwenang setempat pada Januari 2017 dan dikirim kembali ke Indonesia.

Penjelasan pihak kepolisian menyebutkan bahwa pengeboman yang mereka lakukan terjadi di Katedral Our Lady of Mount Carmel di selatan Jolo, Filipina. Lokasi itu merupakan medan di mana militer setempat memerangi gerilyawan Muslim.

Sebabaimana telah diketahui, serangan bom bunuh diri itu menewaskan 23 orang dan lebih dari 100 orang lainnya terluka. Serangan terjadi tepat ketika jemaat berkumpul untuk misa. Melalui berbagai buletin online, kelompok Islamic State atau ISIS mengklaim bertanggung jawab.

Menurut Polri, Rullie dan Ulfah diidentifikasi selama interogasi terhadap dua tersangka yang ditangkap di Malaysia pada Mei.

Peran pasangan Indonesia dalam pengeboman gereja di Filipina menunjukkan sifat regional militan yang berafiliasi dengan ISIS dan yang beroperasi lintas batas saat mereka mengejar tujuan mereka, yakni menciptakan kekhalifahan Asia Tenggara yang akan mencakup Indonesia, Malaysia dan Filipina.

"Ini menunjukkan perlunya setiap kepolisian di wilayah tersebut untuk memahami jaringan ekstremis di negara-negara tetangga," kata Jones, yang dikenal sebagai pakar terkemuka tentang terorisme di Asia Tenggara, seperti dikutip New York Times.

Setahun lalu, pasangan suami-istri memimpin empat anak mereka dalam misi bunuh diri di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia. Mereka melakukan bom bunuh diri di tiga gereja pada hari Minggu pagi yang menewaskan keluarga tersebut dan 12 orang lainnya. ISIS mengklaim mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Pada tahun 2017, pihak berwenang mengidentifikasi tujuh pemuda Indonesia yang bergabung dengan ISIS, tetapi pergi ke Filipina selatan, bukan ke Suriah atau Irak. Mereka bergabung dengan pertempuran melawan pemerintah Filipina di kota Marawi, yang akhirnya dihancurkan oleh pertempuran. 

Rullie dan Ulfah diduga terjebak dengan ketiga anak mereka di Turki selama hampir setahun sebelum mereka ditangkap dan dideportasi. Mereka menghadiri program rehabilitasi singkat sekembalinya ke Indonesia dan diizinkan pulang. Menurut Jones, keberadaan anak-anak itu tidak diketahui.

"Ini bukan 'yang kembali'—mereka tidak pernah menginjakkan kaki di Suriah sejauh yang kami tahu," kata Jones. "Mereka adalah orang yang dideportasi, ditangkap di Turki sebelum mereka bisa menyeberang."

 

KOMENTAR