IMF Melihat Ketidakpastian atas Kebijakan Moneter Jepang

Hila Bame

Thursday, 04-05-2023 | 10:36 am

MDN
Ilustrasi

 

 

JAKARTA, INAKORAN

 

Dana Moneter Internasional pada hari Kamis memperingatkan "ketidakpastian" di sekitar arah kebijakan moneter Jepang, dengan mengatakan kemungkinan pergeseran dari suku bunga sangat rendah dapat berdampak signifikan pada pasar keuangan global.

Krishna Srinivasan, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, juga menunjuk risiko seputar prospek ekonomi Asia termasuk dari melemahnya ekspor ke negara maju, produktivitas yang melambat di China dan fragmentasi perdagangan global.

"Dalam jangka menengah, kami perkirakan ekonomi China akan mengalami perlambatan produktivitas dan investasi, yang akan menurunkan pertumbuhan di bawah 4 persen pada 2028," katanya.

"Selain itu, kami melihat risiko bahwa ekonomi global terpecah menjadi blok-blok perdagangan," yang dapat memberikan pukulan berat bagi Asia yang bergantung pada ekspor, kata Srinivasan dalam pengarahan pada pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia di Incheon.


 

BACA:  Perusahaan CATL, Korporasi Cina Kerjasama dengan Antam di Proyek Baterai Listrik


 

Sementara sebagian besar bank sentral Asia harus tetap mengetatkan kebijakan moneter, Jepang tetap menjadi pengecualian dengan inflasi yang masih moderat - meskipun hal ini dapat berubah.

"Ada ketidakpastian seputar arah kebijakan moneter di Jepang, di tengah kenaikan inflasi," kata Srinivasan.

"Perubahan kebijakan moneter Jepang yang mengarah pada peningkatan lebih lanjut dalam imbal hasil obligasi pemerintah dapat berdampak global melalui investor Jepang, yang memiliki posisi investasi besar dalam instrumen utang di luar negeri," kata Srinivasan.

“Portfolio rebalancing dari investor ini dapat memicu kenaikan imbal hasil global, menyebabkan arus keluar portofolio untuk beberapa negara,” tambahnya.

Dengan inflasi melebihi target 2 persen, pasar dipenuhi dengan spekulasi Bank of Japan (BOJ) dapat mengubah kebijakan pengendalian imbal hasil obligasi dalam beberapa bulan mendatang.

BOJ mempertahankan suku bunga sangat rendah pada hari Jumat tetapi mengumumkan rencana untuk meninjau langkah kebijakan moneter masa lalunya, meletakkan dasar bagi gubernur baru Kazuo Ueda untuk menghentikan program stimulus besar-besaran pendahulunya.

 


BACA:  

Menkeu Sri Mulyani: Iklim dan Pembangunan bagaikan Dua Sisi Mata Uang


 

Srinivasan mengatakan pemulihan cepat China setelah pembukaan kembali pembatasan terkait pandemi kemungkinan akan mengangkat ekspor di beberapa negara Asia termasuk Korea Selatan.

"Fase awal pemulihan di China dipimpin oleh konsumsi dan jasa, tetapi setiap saat di paruh kedua tahun ini, kita akan melihat perubahan dari konsumsi dan jasa menjadi lebih banyak permintaan manufaktur," kata Srinivasan kepada wartawan.

Sumber: Reuters

 

 

 

 

KOMENTAR