Ini Alasan Ridwan Kamil, Jokowi Kalah Quick Count di Jabar

Sifi Masdi

Friday, 19-04-2019 | 11:18 am

MDN
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil [ist]

Bandung, Inako

Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, perolehan suara hasil hitung cepat pemilu presiden 2019 calon presiden petahana Joko Widodo-Ma’ruf Amin tidak berbeda dengan hasil pemilu 2014 saat Jokowi mencalonkan diri bersama Jusuf Kalla.

“Kelihatannya tidak jauh. Pak Jokowi tetap kalah di barat-barat (diantaranya) di Sumatera Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Kuat di Jateng, Jatim, tetap menang di Jakarta, tetap kalah di Banten. Yang membedakan nanti cerita prosentasenya,” kata dia di Bandung, Kamis (18/4/2019).

Ridwan Kamil mengaku masih belum tahu prosentase perolehannya. “Kalau disebut kalah, (ya) kalah. Tapi apakah sama, menipis, menguat, saya belm bisa mengambil kesimpulan. Saya kira dalam pesta demokrasi sesuatu yang wajar. Menandakan politik bukan matematik,” kata dia.

Dia menguraikan bahwa hasil kerja keras selama empat tahun tidak berbanding lurus dengan elektabilitas. “Karena yang namanya demokrasi itu kesukaan. Kesukaan orang itu kadang-kadang tidak bisa di teorikan.”

Ridwan Kamil mengatakan soal pilihan warga itu soal dinamika politik pemilihan langsung. Dalam sistem pemilihan one man one vote, kata dia, alasan memilih itu tidak selalu bisa diilmiahkan. Kata dia, antara pemiih rasional dengan pemilih emosional, ujungnya dihitung sama.

“Ada yang mencoblos dengan penuh pertimbangan dengan segala teori, ada yang mencoblos dengan alasan sesaat.”

Kendati demikian, Ridwan Kamil mengaku, masifnya berita bohong atau hoaks jadi kendala.

“Ini belum dianalisa, tapi dari bacaan saya dari beberapa pengamatan, seliweran haoks ini luar biasa. Ukuranya, laporan yang masuk ke Jabar Saber Hoaks, itu 70 persen tentang pemilu. Menandakan intensitas berita bohong dan meresahkan itu volumenya tinggi,” kata dia.

Ridwan Kamil mengingatkan agar pasca pemungutan suara, sembari menunggu hasil final perhitungan suara KPU, semua menahan diri. “Kita kembali hidup normal. Dunia terlalu indah untuk hanya dilihat dari sudut politik saja.”


 

KOMENTAR