Ini Dafatar BUMN Bermasalah Menunggu Sentuhan Duet Jokowi-Maruf

Hila Bame

Wednesday, 31-07-2019 | 09:38 am

MDN
Ilustrasi (ist)

Jakarta, Inako

Kontestasi Pilpres 2019, telah dimenangkan mantan walikota Solo, Joko Widodo dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin. Badan usaha pelat merah menanti sentuhan kedua pemimpin agar hayat empat BUMN berikut bertahan dalam gempuran pasar global. 

Sepanjang semester I-2019 ini, masalah BUMN terus mencuat ke permukaan dan menjadi sorotan pelaku pasar.Setidaknya ada empat BUMN yang mengalami kesulitan keuangan. Empat BUMN tersebut berasal dari sektor yang berbeda-beda yaitu jasa transportasi, manufaktur, jasa logistik dan keuangan. Keempat isu ini menghangat usai Pilpres2019 digelar.

Meskipun begitu diyakini mantan walikota Solo itu  dapat meyelesaikan empat masalah BUMN serperti masalah Kereta Api ketika Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, kala itu.

Pelayanan KAI saat ini dapat memuaskan masyarakat meskipun melewati proses yang sangat panjang, hingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada pengguna jasa transportasi. 

Pertama,

Emiten penerbangan BUMN, Garuda Indonesia (GIAA) belakangan jadi sorotan publik karena menyajikan laporan keuangan tahun buku 2018 tak sesuai dengan standar akuntansi.

Kedua,

BUMN sektor keuangan yakni Asuransi Jiwasraya yang tengah menghadapi masalah. Asuransi jiwa pelat merah ini terpaksa menunda pembayaran kewajiban polis jatuh tempo.

Problem  likuiditas menjadi alasan keterlambatan pembayaran yang disampaikan oleh perusahaan asuransi pelat merah tersebut. Keterlambatan pembayaran polis jatuh tempo terdapat di produk bancassurance. Nilainya mencapai Rp 802 miliar. 

Ketiga,

Persoalan keuangan juga dialami Pos Indonesia, meskipun tak tercatat dalam bukunya ada kerugian. Merujuk pada laporan keuangan tahunan Pos Indonesia, laba bersih memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi halaman laporan keuangan.

Teranyar, pada tahun 2018 Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 sebesar Rp 355 miliar. 

Keempat,

Yang paling hangat adalah awan mendung masih menggelayuti nasib Krakatau Steel (KRAS). Perusahaan baja milik negara ini bertubi-tubi didera persoalan. 
Perseroan didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini.

 

TAG#BUMN

190215617

KOMENTAR