Ini Empat Tantangan Program Pengembangan CSR di Indonesia Saat Ini

Sifi Masdi

Sunday, 01-03-2020 | 19:46 pm

MDN
Peserta Workshop CSR Outlook 2020 di Centennial Tower, Jakarta [inakoran.com]

Jakarta, Inako

Peneliti Amerta Pijar Indonesia Tri Adi Sumbogo menyebut empat tren global yang memengaruhi perkembangan program sosial perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility /tanggung jawab sosial perusahaan) di Indonesia, antara lain,  perang dagang (trade wars), ekonomi digital (digital economy), bonus demografi (demographic bonus), dan intervensi pemerintah (government’s intervention).

Peneliti Amerta Pijar Indonesia Tri Adi Sumbogo menjelaskan 4 tren global yang memengaruhi program CSR  dalam acara Workshop CSR Outlook 2020 di Centennial Tower, Jakarta [inakoran.com]

 

Hal itu diungkapkannya dalam Workshop CSR Outlook 2020 di Centennial Tower, Jakarta, belum lama ini. Ia mengatakan, selain keempat tren itu, tantangan CSR kedepan adalah munculnya  banyak regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terhadap CSR, mulai dari Undang-Undang, Peraturam Menteri (Permen), hingga level lembaga keuangan.

Simak video Inatv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju.

 

Menurut Adi Tri,  perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dan China telah memberikan dampak terhadap penurunan ekspor komoditi.

“Perang dagang mendorong terjadinya overproduct (kelebihan produksi) sehingga mengakabatkan harga produk menjadi lebih murah,” tutur Adi, dalam paparannya.

Peneliti Senior Amerta Pijar Indonesia Teguh Mudjiyono [inakoran.com]

 

Namun ia menambahkan bahwa, meskipun sebagian pihak mengakui bahwa perang dagang akan mempersulit posisi ekonomi Indonesia, namun perang dagang itu justru menciptakan  peluang investasi.  Ia menambahkan, situasi politik  nasional AS dan China memang memengaruhi dinamika peradaban dan mewarnai ekonomi dunia.

Kemudian terkait dengan program CSR, ia mengakui bahwa saat pihaknya melakukan pendampingan terhadap sejumlah perusahaan, baik perusahaan multinasional maupun nasional,  tampak  ada perbedaan yang cukup signifikan soal perhatian terhadap program CSR.

Perusahaan multinasioal, tegasnya,  tampak lebih memiliki awareness dibandingkan dengan perusahan lainnya. “Jadi perusahaan multinasional yang lebih memiliki perhatian terhadap CSR. Dan ini menjadi catatan kita semua,” ujar Tri Adi.

Kedua, ekonomi digital memndorong tumbuhnya bisnis-bisnis baru, misalnya semakin banyak tumbuhnya perusahaan jasa.

Ketiga, bonus demografi. Menurut Adi, dalam 20 tahun ke depan, angka usia  penduduk produktif di Indonesia semakin banyak dan ini menjadi tantangan  tersendiri, karena terkait dengan ketersedian lapangan kerja.

“Mereka yang saat ini masih tergolong usia anak-anak, dalam 10 tahun ke depan mereka menjadi penduduk usia produktif. Ini menjadi tantangan besar, baik bagi negara maupun perusahaan,” ujar Adi.

Keempat intervensi pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat, melalui sejumlah program antara lain, bantuan Dana Desa, progam PKH, kucuran dana BOS (bantuan operasioan sekolah),  dana RI PPM dari Kememterian ESDM, memberikan pengaruh signifikan terhadap praktek CSR di beberapa perusahaan.

“Dari keempat tren ini, kira-kira mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap program CSR (industri kita), baik efek positif maupun negatif. Dan ini tentu menjadi refleksi bagi setiap praktisi CSR,” tegasnya.

 

 

 

 

KOMENTAR