Ini Respon Masyarakat Adat Kalteng Terhadap Rencana Pemindahan Ibu Kota Ke Daerah Itu

Binsar

Thursday, 01-08-2019 | 15:32 pm

MDN
Suku Dayak Kalimantan [ist]

Jakarta, Inako

Nama Kalimantan Tengah sebagai salah satu calon terkuat ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia kian menguat. Hal itu didukung oleh kondisi real daerah itu yang secara geografis berada di tengah Indonesia.

Selain itu, lahan yang luas serta bebas dari kekhawatiran bencana seperti terlihat dalam peta kebencanaan juga menjadikan daerah itu paling berpeluang menjadi ibu kota negara.

Seiring menguatnya nama Kalimantan Tengah sebagai calon ibu kota, masyakat lokal daerah itupun kini mulai mengungkapkan harapan mereka jika kelak daerah itu benar-benar menjadi ibu kota negara.

Hal itu terjadi lantaran informasi bahwa Kalteng menjadi salah satu tujuan calon ibu kota negara sudah sampai di telinga masyarakat adat Kalimantan, khususnya warga dayak.

Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng Andrie Elia Embang secara tegas menyatakan dukungan atas rencana pemerintah tersebut.

"Bahwa seluruh masyarakat adat Dayak menyambut baik pemindahan ibu kota menuju ke Kalimantan Tengah. Ini catatan penting kepada pemerintah bagi masa depan Indonesia," kata Elia Lembang.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Kalimantan Tengah dipastikan aman dari gangguan masyarakat adat, asalkan tidak diganggu kehidupannya serta diperhatikan keberadaannya.

Elia mangatakan Kalteng bebas dari gangguan bencana, itu merupakan anugerah Tuhan dan memiliki arti adalah wilayah yang suci.

Mengenai kebakaran hutan, tidak selamanya akibat ulah masyarakat lokal. Seperti saat musim kemarau dan Kalimantan memiliki lahan gambut, sehingga gesekan ranting dan daun kering mudah membakar apa saja.

Ia berharap pembangunan masyarakat adat Dayak diperhatikan mulai dari sektor pendidikan, kemudian sektor kesehatan harus ditingkatkan dan kesejahteraan ekonomi harus diberi bekal dari pemerintah, karena akan banyak pendatang datang ke Kalteng nantinya.

Namun, dibalik pernyataan kesiapan tersebut, juga terdapat sekelompok masyatakat yang menyatakan kekhawatiran jika Kalteng menajdi ibu kota negara.

Meski tidak menolak rencana tersebut, namun ada orang yang khawatir bahwa pembangunan besar-besaran yang akan dilakukan di daerah itu kelak akan mengancam keberadaan masyarakat adat di daerah itu.

Sebagaimana terungkap dari sosok Ketua Panitia Napak Tilas Tumbang Anoi Dagut H Djunas, yang menganggap selama ini pemerintah kurang peduli dengan keberadaan masyarakat adat, khususnya di Kalimantan.

"Selama ini sumber daya alam kita banyak menyumbang keuntungan bagi pemerintah pusat, tapi mana timbal baliknya, bahkan kami mengambil emas di tanah kami sendiri saja tidak bisa," kata Dagut.

Pada dasarnya Dagut mendukung apapun keputusan pemerintah asalkan untuk kebaikan NKRI, sebab ia juga percaya, dulu Presiden Soekarno memprediksi Palangka Raya sebagai calon ibu kota negara pasti ada pertimbangan yang matang.

"Kami dukung, kalau pun warga dayak dijadikan Menteri dalam kabinet kami juga siap, suku dayak juga punya banyak keahlian, hanya saja selama ini kurang diperhatrikan sama pemerintah, mana? Satu pun belum ada yang pernah jadi menteri, bahkan sejak merdeka," tegasnya.

Setidaknya sumber daya alam yang ada di Kalimantan harus dapat dimaksimalkan untuk kepentingan masyarakat lokal.

Dagut menginginkan agar tidak mengubah terlalu banyak susunan tata kota dasar Kalimantan jika jadi dibangun pusat-pusat pemerintah.

 

KOMENTAR