Ini Respon Pasar Global Atas Perundingan Dagang AS-China

Sifi Masdi

Monday, 28-01-2019 | 10:55 am

MDN
Ilustrasi pergerakan IHSG di BEI [ist]

Jakarta, Inako

Pekan lalu menjadi periode yang indah bagi pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama membukukan penguatan. 

Selama pekan lalu, IHSG menguat 0,54% dan kian nyaman di kisaran 6.400. Bursa saham utama Asia juga mayoritas menguat, tetapi IHSG mampu duduk di peringkat keempat. 

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terapresiasi 0,63% sepanjang pekan lalu. Seperti halnya rupiah, mata uang Asia lainnya pun menguat di hadapan greenback dan rupiah menjadi terbaik ketiga di Benua Kuning. 

Pasar keuangan Asia memang semarak pekan lalu. Penyebabnya adalah aura damai dagang AS-China semakin nyata dengan rencana kunjungan delegasi Beijing ke Washington. 

Bloomberg News memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan China Liao Min akan mengunjungi Washington pada 28 Januari. Bahkan kabarnya Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China (PBoC), disebut-sebut juga akan ikut dalam delegasi itu. 

Mereka akan 'membuka jalan' bagi kedatangan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari. Liu akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

Kabar ini membuat pasar berbunga-bunga. Harapan akan damai dagang AS-China sepertinya bisa terwujud, meski mungkin memakan waktu yang tidak sebentar. 

Akibatnya, investor mulai berani bermain di aset-aset berisiko di negara berkembang. Arus modal pun mengalir deras ke Asia, termasuk Indonesia sehingga menopang penguatan rupiah dan IHSG. 

Kemudian, penurunan harga minyak menjadi pendongrak kinerja rupiah. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis brent melorot 1,69% sementara light sweet turun 0,2%. 

Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Pasalnya, ketika harga minyak turun maka biaya impornya bisa ditekan.  

Dengan begitu, beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) bisa dikurangi. Devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang membaik menjadi modal bagi penguatan rupiah.  


 

 

 

KOMENTAR