Ini Saran SKK ke Pertamina Terkait Merosotnya Produksi Blok Rokan

Sifi Masdi

Saturday, 08-12-2018 | 18:16 pm

MDN
Blok Rokan [ist]

Medan, Inako

Produksi blok Rokan diprediksikan akan turun ke sekitar 160 ribu barel per hari di 2021 mendatang, karena adanya penurunan produksi secara alamiah.

"Masih ada tiga tahun lagi, kalau dilihat trennya, secara alamiah akan decline produksinya di 2021 itu masih berharap di angka 160 ribu barel per hari," ujar VP Operasi SKK Migas Avicenia Darwis kepada media ketika dijumpai di Medan, Sumatra Utara, Jumat (7/12/2018).

Lebih lanjut, Darwis menuturkan, penurunan produksi tersebut memang tantangan bagi Pertamina dan pemerintah, sehingga bagaimana mempertahankan agar tidak semakin turun caranya bisa melakukan klastering prospek-prospek kecil. 

"Kalau single atau langsung besar yang kami kembangkan, itu tidak ekonomis. Tapi kalau kembangkan jadi klaster mungkin remaining potential masih ada," tuturnya.

"Itu harapan kami ke Pertamina, kita bermain di ruang-ruang saja, bagaimana kelola prospek-prospek-prospek. Banyak kok tapi kecil-kecil," pungkas Darwis.

Blok Rokan yang berada di Riau merupakan blok minyak terbesar di RI, selama puluhan tahun dipegang oleh Chevron Pasific Indonesia pada 2021 mendatang akan beralih ke PT Pertamina (Persero).

Untuk memenangkan blok ini, Pertamina merogoh kocek cukup dalam yakni dengan penawaran bonus tanda tangan hingga nilai US$ 784 juta atau setara Rp 11 triliun. Ini merupakan nilai tanda tangan terbesar dalam sejarah RI. 

Tetapi, blok yang dalam masa primanya bisa produksi hingga 250 ribu barel per hari, kian hari kian menurun. Berdasarkan hitungan SKK Migas bahkan tak akan bisa sentuh level rata-rata 200 ribu barel per hari di akhir tahun nanti.

Blok yang dioperasikan oleh Chevron ini sungguh tak menunjukkan performa optimalnya. Dibandingkan dengan produksi 2016 misalnya bisa sentuh 251 ribu barel sehari. Sementara saat ini, boro-boro bisa sama dengan rekor 2016, menyentuh target APBN yang mematok produksi blok ini bisa sampai 213 ribu barel sehari pun berat. Alhasil, blok Rokan tak lagi jadi andalan untuk produksi minyak mulai tahun depan.

Lantas, bagaimana nasibnya nanti saat dikelola PT Pertamina (Persero)?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pun buka suara terkait kekhawatiran ini.

"Itu juga jadi perhitungan ESDM, makanya di Kepmen saya, Rokan itu kita wajibkan sebelum ambil alih kelola di 8 Agustus 2021, Pertamina wajib untuk bermitra," kata Jonan dalam wawancara khusus bersama CNBC Indonesia, Selasa (23/10/2018).

Mitra untuk mengelola bisa dari dalam atau luar negeri, tapi yang pasti harus dipilih yang terbaik agar bisa pertahankan produksi atau bahkan ditingkatkan.

"Dan harapan pemerintah supaya hulu migas yang dikelola Pertamina itu bisa efisien."

 

 

KOMENTAR