Jawab Kebutuhan Industri, Sekolah Menengah Kejuruan Akan Direvitalisasi

Binsar

Thursday, 06-12-2018 | 15:28 pm

MDN
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution [ist]

Jakarta, Inako –

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Vokasi diharapkan bisa menjawab kebutuhan industri. Karena itu para para pengelola Sekolah Kejuruan terus didorong untuk melakukan pembenahan lembaga yang mereka pimpim sehingga setiap lulusannya bisa menjawab kebutuhan industri saat ini.

Seiring dengan hal itu, Pemerintah juga terus mendorong Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Vokasi untuk melakukan revitalisasi diri guna memenuhi kebutuhan industri dan menyokong perekonomian nasional.

"Untuk itu, Presiden telah mengeluarkan Inpres 9/2016 tentang Revitalisasi SMK, namun kebijakan ini harus terus diperbaiki sesuai dengan perkembangan perekonomian nasional," ujar Darmin, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Rembuk Pendidikan Kejuruan SMK Tahun 2018 di Jakarta, Rabu.

Revitalisasi SMK penting mengingat, survei Angkatan Kerja Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 mencatat, dari 6,8 juta jumlah pengangguran, 20,7 persen atau 1,4 juta orang di antaranya berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Jumlah tersebut, kata Darmin, cukup besar mengingat lulusan SMK sebenarnya disiapkan untuk dapat terjun langsung ke dunia industri.

Menurutnya, salah satu penyebab tingginya angka pengangguran tersebut ialah ketidakcocokan antara kualitas lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

Menindaklanjuti hal tersebut, Kemenko Perekonomian bersama Kemendikbud dan lembaga terkait lainnya menyusun Peta Jalan Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017-2025.

Peta jalan ini bukan hanya berfokus pada SMK, tetapi juga pada Politeknik dan Balai Latihan Kerja (BLK), serta turut melibatkan peran industri secara masif.

Darmin menambahkan, terdapat empat perkembangan tren global terkait sumber daya manusia (SDM) di era industri 4.0 yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan vokasi, utamanya SMK.

Tren pertama, munculnya teknologi digital yang memungkinkan orang dapat bekerja di mana saja. Sedangan, tren kedua, peran "long life learning".

"Dengan kemajuan digital, pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di sekolah formal saja dan memungkinkan akses pendidikan ke seluruh pelosok Indonesia," kata Darmin.

Tren ketiga, penggunaan media sosial yang banyak memunculkan talenta secara global tidak peduli seberapa jauh lokasinya. Tren keempat, manajemen kinerja berbasis analisis data. Maksudnya, kinerja seseorang tidak lagi diukur berdasarkan jumlah jam, kerja tetapi berdasarkan produktivitas mereka.

Menurut Darmin, menghadapi persoalan kesenjangan ekonomi dan tren global tersebut, revitalisasi SMK secara menyeluruh mendesak dilakukan. Dimulai dari perbaikan kurikulum SMK yang sesuai dengan kebutuhan di masa depan, termasuk sertifikasi yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), program pemagangan di industri untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas siswa, Training of Trainers Guru, hingga memperbaiki sistem seleksi yang sesuai keahlian dan meningkatkan minat calon siswa menjadi siswa SMK.

 

KOMENTAR