Kabar Brexit dari Inggris Pengaruhi Pergerakan Rupiah

Sifi Masdi

Thursday, 17-01-2019 | 12:37 pm

MDN
Ilustrasi rupiah [ist]

Jakarta, Inako

Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat, sementara rupiah melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). 

Kemarin, IHSG berhasil mengakhiri hari dengan penguatan 0,19%. Gerak IHSG begitu dinamis, masuk zona merah dan hijau dengan cepat. 

Namun rupiah melemah 0,21% terhadap dolar AS. Berbeda dengan IHSG, rupiah melemah sepanjang hari, tidak pernah menyentuh zona hijau. 

Sentimen utama yang mewarnai pasar kemarin adalah hasil voting proposal Brexit di parlemen Inggris. Proposal Brexit yang digawangi pemerintahan Perdana Menteri Theresa May kalah telah dengan perolehan suara 432 berbanding 202. 

Tidak cuma membuat nasib Brexit samar-samar, hasil ini juga menyebabkan posisi May sebagai Perdana Menteri tidak aman. May harus menghadapi mosi tidak percaya yang digulirkan kubu oposisi Partai Buruh. 

Akan tetapi, angin segar dari China berhasil menjadi peredam ketidakpastian dari Negeri Ratu Elizabeth. Investor masih berbunga-bunga dengan komitmen pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) untuk menggulirkan stimulus demi menjaga laju perekonomian. 

Selain itu, data-data ekonomi di China juga memberi harapan. Harga properti residensial China pada Desember 2018 naik 9,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 9,3% YoY. 

Masih dari China, perbankan Negeri Tirai Bambu tetap getol menyalurkan kredit. Penyaluran kredit baru pada Desember 2018 tercatat CNY 1,08 triliun, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu CNY 800 miliar.

Sepanjang 2018, penyaluran kredit baru di China mencapai CNY 16,17 triliun. Naik hampir 20% dibandingkan 2017. 

Data ini memberi harapan bahwa ekonomi China tidak akan terlalu melambat. Laju pertumbuhan ekonomi 6-6,5% yang menjadi target pemerintah untuk 2019 masih bisa tercapai, perlambatan yang tidak terlalu tajam dibandingkan 2018 yang diperkirakan 6,6%. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia. Jika ekonomi China tetap kokoh, maka negara-negara lain juga akan tangguh termasuk Indonesia. 

 

 

KOMENTAR