Kasus BTS Kominfo itu Ternyata Sebesar 8.32 T.

Hila Bame

Tuesday, 16-05-2023 | 17:11 pm

MDN
Dr. Ing. Iryanto Djou CSRS Peneliti Senior Risk Consulting Group

 

Oleh: Dr. Ing. Iryanto Djou CSRS Peneliti Senior Risk Consulting Group

JAKARTA, INAKORAN

Semalam ada obrolan iseng di satu wag ketika ada yang posting berita bahwa uang negara yang hilang di kasus Base Transceiver Stasion (BTS) kominfo itu ternyata sebesar 8.32 T.

Ada yang nulis  astaga itu 8320 Miliard lho. Ada yang nulis kok bisa sampai kini tidak kelar-kelar?

Ada  yang juga nulis, itu kalau bagi seluruh penduduk Flores  masing masing dapat berapa ?

Ada yang iseng ngitung, katakan saja penduduk Flores hingga Alor ada 4 juta.

Bagi saja...dapatnya  1 orang dapat 2 juta lebih.

Ada yg iseng nanya, itu kalau dijejerin di jalan kira kira dari Larantuka sampai gak Labuhan Bajo ?

Ada saja yang hitung lagi. Jika uang sebanyak itu dicairkan dengan pecahan 100.000 rupiah dan panjang lembaran itu 20 cm. Maka bisa dideretkan sepanjang 16.000 km.

Jarak larantuka labuhan bajo itu tidak sampai 700 km. Jadi bolak balik berapa kali coba ? 


Jadinya dibawa guyon. Semata guyon sebelum peraduan terbagi merata setiap orang, orang-orang berjaga bertugas guyon. 

Saya jadi bagian dari obrolan iseng itu. Malam sebelum tidur saya menggugat diri sendiri.

Kalian ini sepertinya kompromis dengan perilaku korupsi. Jadi ingat tulisan saya sendiri.

Ada data bahwa walaupun prilaku anti korupsi meningkat namun indeks persepsi korupsi malah memburuk.

Sepertinya perilaku anti korupsi kita cuma gimmick...kita sebenarnya kompromis terhadap korupsi. Ngeri juga kesimpulan ini.

Apakah itu sebabnya  kita bisa menyambut bebasnya terpidana korupsi seperti Anas Urbaninggrum sebagai pahlawan, diberi ruang untuk  sampaikan pidato politik bahkan sebentar jadi didaulat jadi Ketua Partai.

Apakah itu sebabnya kita anggap biasa saja  ketika mantan terpidana korupsi seperti Romi dengan leluasa bicara di ruang publik sebagai tokoh besar yang berperan mendesain pasangan dari beberapa capres ?

Beberapa dari kita malah jadikan dia referensi.

Apakah itu sebabnya, kita tidak terlalu antusias ketika bicara mengenai tokoh anti korupsi seperti Mahfud untuk dicawapreskan ...dan lebih menarik jika nama Sandi Uno atau Eric Thohir yang dibicarakan ?

Saya gak tahu jawabannya. Saya hanya takut, jika jawabannya: Ya. 

Karena itu berarti kita tidak akan jadi negara maju seperti yang diramalkan.

Korupsi itu extra ordinary crime. Jangan pernah lupa itu. Mimpi menjadi negara maju akan sirna jika dua hal dasar tidak ditangani.

Pertama korupsi, mumgkin masuknya Prof Mahfud menjadi Wapres dan Basuki Cahaya purnama menjadi ketua KPK akan membawa harapan baru.

Kedua gagalnya pendidikan vokasi yang mempersiapkan bonus demografi kita menjadi unsur positip.

Bonus demografi bisa menjadi chaos demografi jika, mereka menjadi orang muda  tanpa skill. Mereka tidak menjadi supportive factor namun justru destrucktive factor.

 

TAG#IRYANTO, #BTS, #KOMINFO

188677872

KOMENTAR