KBRI Singapura Cegah Radikalisme Lewat Nonton Bareng Film “Pengantin”

Sifi Masdi

Monday, 02-07-2018 | 12:11 pm

MDN
Pemutaran film

Singapura, Inako

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura menyelenggarakan nonton bareng film dokumenter berjudul "Pengantin" (Suicide Bomber) di KBRI Singapura, Minggu (1/7/2018). Pemutaran film dokumenter tersebut merupakan upaya perlindungan terhadap ancaman radikalisme via online kepada masyarakat Indonesia, termasuk para pekerja migran Indonesia di Singapura.

Para penonton film "Pengantin" di KBRI Singapura, yang terdiri dari para pekerja migran Indonesia, warga masyarakat Indonesia lainnya di Singapura, dan perwakilan media setempat [dok:KBRI Singapura]

 

Menurut Koordinator Fungsi Politik Kedutaan Besar RI di Singapura, Tjoki Aprianda Siregar, seperti yang disampaikan kepada inakoran.com, Minggu (1/7/2018), nonton bareng tersebut dihadiri oleh Dubes RI untuk Singapura, Bapak I Gede Ngurah Swajaya dan istri Mahaswi Swajaya, Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar RI di Singapura, Dwi K. I. Miftach, serta sejumlah pejabat KBRI.

Film ini mengangkat kisah seorang pekerja migran (wanita)  Indonesia yang pernah bekerja di Arab Saudi, Singapura dan Hong Kong terpengaruh paham radikal oleh laki-laki yang mendekati dan menikahinya secara online. Setelah bertemu laki-laki yang suaminya  dan bersedia menjadi "pengantin" (pelaku) bom bunuh diri, dia tertangkap dan menjalani penahanan serta melahirkan bayi hasil pernikahan singkat dengan suaminya.

Noor Huda Ismail, Pimpinan Yayasan Prasasti Perdamaian (pegang mikrofon), pembuat film Pengantin sedang menjawab pertanyaan penonton [dok:KBRI Singapura]

 

Dalam film ini juga ditampilkan juga seorang pekerja (wanita)  migran Indonesia yang pernah bekerja di Malaysia dan Hong Kong secara total 17 tahun yang mengalami kejenuhan dan "kesadaran" atas kesalahan dan dosa-dosanya serta ingin memperbaiki perilaku dengan memperdalam agama melalui online, yang membawanya terpengaruh paham ekstrim.

Wanita migran itu kemudian berkenalan dengan seorang pria melalui media sosial. Tidak lama kemudian mereka menikah. Sebelum pulang setelah 4 tahun bekerja di Hong Kong untuk menikah dengan suaminya di kampung halamannya, wanita itu digambarkan sebagai pribadi fleksibel. Dalam keadaan tertentu ia menggunakan hijab, namun pada keadaan lain tidak memakai hijab.

Pemutaran film "Pengantin" ini merupakan  prakarsa Yayasan Prasasti Perdamaian pimpinan Noor Huda Ismail bekerjasama dengan KBRI Singapura.

Lewat film ini, Noor Huda ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya seorang pekerja migran yang umumnya perempuan melakukan verifikasi saat berkenalan dengan seorang pria melalui media sosial atau online. Verifikasi itu menjadi penting bagi seorang  wanita migran ketika pria tersebut langsung mengajak menikah dan apalagi menggunakan ayat-ayat suci untuk menjustifikasi pernikahan tersebut dan “berjihad’.

 

 

 

 

KOMENTAR