Ke-Lima Kalinya AS Ajak China Berunding Lagi Bahas Perdagangan Baru

Hila Bame

Thursday, 13-09-2018 | 09:29 am

MDN
Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping (ist)
"Indeks Dow Jones Industrial Average di bursa Wall Street AS pun berbalik positif, sedangkan aset-aset emerging market menguat menyusul kabar tersebut"

 

Jakarta, Inako

Lelah...kira-kira itu yang terjadi, berani tidak istirahat dalam kondisi lelah ekonomi keduanya bisa terjungkal. Meski dua raksasa ekonomi dunia itu hampir mengendalikan sebagian  wacana ekonomi dunia hingga saat ini. 

Pemerintahan Trump yang dipelopori menteri keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mengirim undangan kepada lawannya pemerintahan China untuk berdamai. 

ilustrasi

 

Berhenti saling bunuh dengan pedang tarif yang efek dominonya membuat banyak negara di planet ini batuk-batuk bahkan presiden Erdoghan (Turki) membeli bedil dari Rusia, untuk menyelamatkan mata uangnya yang sedang demam tinggi. 

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengusulkan putaran diskusi perdagangan baru dengan China untuk menghindari eskalasi perang dagang lebih lanjut.

 Jika tawaran menteri keuangan Amerika  disetujui oleh China, kemungkinan pembicaraan terkait dagang akan dilakukan di Washington.

"Ini hal yang positif. Kami sedang berkomunikasi sekarang dan bisa dikatakan bahwa komunikasi ini telah berkembang," kata Larry Kudlow, direktur Dewan Ekonomi Nasional, yang mengonfirmasi kabar tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/9/2018).

Indeks Dow Jones Industrial Average di bursa Wall Street AS pun berbalik positif, sedangkan aset-aset emerging market menguat menyusul kabar tersebut.

Usulan ini dapat mengurangi ketegangan antara kedua negara hanya beberapa hari setelah Trump mengancam untuk menjatuhkan tarif pada hampir semua barang yang dibeli AS dari China.

Menkeu Amerika Serikat  Steven Mnuchin 

 

Gedung Putih telah berupaya menekan pemerintah China untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan AS serta melindungi hak kekayaan intelektual perusahaan AS. Pemerintahan Trump sebelumnya telah memberlakukan bea masuk terhadap ekspor China senilai US$50 miliar sejak Juli, yang memicu pembalasan langsung dari China.

Trump sendiri belum terdengar mewujudkan ancamannya untuk menerapkan tarif pada barang-barang tambahan senilai US$200 miliar asal China. Periode komentar publik untuk putaran tarif tersebut berakhir pekan lalu tanpa tindakan pemerintah AS.

Pekan lalu Trump kemudian mengancam akan mengenakan tarif pada barang-barang China senilai US$267 miliar, lebih besar dari nilai yang direncanakan sebelumnya, kapan pun ia mau. Tarif ini akan mencakup pada hampir semua ekspor negara itu ke AS, termasuk barang-barang konsumen seperti pakaian dan smartphone Apple.

Pemerintah China serta merta merespons ancaman itu dengan menyatakan akan membalas semua tindakan AS. Respons ini kian mendorong kekhawatiran bahwa perang dagang dapat merusak prospek ekonomi global.

Upaya untuk mengakhiri perang dagang gagal dilakukan sejauh ini. Pejabat dari kedua negara telah bertemu empat kali untuk pembicaraan resmi, terakhir pada bulan Agustus, ketika perwakilan kementerian keuangan untuk urusan internasional, David Malpass, memimpin diskusi di Washington dengan Wakil Menteri China Wang Shouwen.

Namun, pembicaraan itu berakhir tanpa terobosan karena AS mengajukan daftar tuntutan yang sebelumnya telah ditegaskan tidak dapat dijalankan oleh pemerintah China. Tuntutan ini di antaranya agar China mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika.

Pekan lalu, Kudlow mengeluh bahwa China telah menawarkan beberapa konsesi. Dia menggarisbawahi sikap keras Trump terlepas dari hubungan baik yang dijalinnya dengan Presiden China Xi Jinping. Namun, Kudlow mengatakan Trump akan terbuka untuk bertemu dengan Xi, mungkin pada pertemuan G-20 di Argentina pada akhir November.

 

Baca juga :

 

KOMENTAR