Kemenhub Kaji Penggunaan O-Bahn Sebagai Alat Tranportasi Massal

Sifi Masdi

Monday, 24-06-2019 | 10:47 am

MDN
Ilustrasi angkutan massal O-Bahn [ist]

Jakarta, Inako

Kementerian Perhubungan tengah mengkaji penggunaan 'O-Bahn' sebagai alternatif pilihan angkutan massal perkotaan di Indonesia. O-Bahn merupakan moda transportasi gabungan antara Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit ( LRT).

"Dengan semakin terbangunnya infrastruktur jalan, tentunya perlu dilakukan antisipasi agar masyarakat tidak memenuhinya dengan kendaraan pribadi. Caranya yaitu dengan mengoptimalisasikan angkutan massalnya,” ujar Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/6/2019).

Sementara itu, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri menambahkan, seiring dengan perekembangan teknologi, saat ini banyak dikembangkan moda angkutan massal seperti O-Bahn. Moda transportasi itu dapat dibangun dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan LRT. Namun, sedikit lebih mahal dibandingkan dengan BRT biasa.

"Kapasitasnya lebih besar dari pada busway, tapi lebih kecil dari LRT. Anggarannya memang lebih besar dari pada busway karena kita harus membangun beberapa ruas jalur. Untuk tempatnya mungkin di luar dari Jakarta, karena itu kita perlu lihat lagi bagaimana masterplan kotanya. Maka kita perlu kaji lebih lanjut dan duduk bersama dengan Pemda dan stakeholder terkait,” kata dia.

O-Bahn merupakan bagian dari sistem transit Bus cepat. O-Bahn ini memadukan konsep BRT dan LRT dalam satu jalur yang sama. Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan, sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, sopir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.

Sistem itu pertama kali diterapkan di Kota Essen, Jerman dan saat ini sudah digunakan di berbagai negara seperti Australia dan Jepang.

 

KOMENTAR