Kemenperin Akui Industri Kimia Sumbang Defisit Neraca Dagang Indonesia

Jakarta, Inako
Industri kimia di tanah air sering mengalami defisit karena belum didukung oleh investasi yang besar. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono, dalam gelaran workshop bertajuk Pendalaman Kebijakan Industri 4.0.
Ia mengakui industri kimia, terutama petrokimia, menyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia karena berkorelasi dengan impor bahan baku yang cukup besar.
Simak video InaTv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia sejahtera.
"Sebetulnya industri kimia kita sudah cukup lengkap, namun belum didukung investasi yang besar. Ditambah lagi, sebagian besar bahan baku merupakan bahan bakar fosil, selain itu sektor ini juga langganan impor yang cukup besar," papar Sigit.
Menurut Sigit, jika impor bahan sektor petrokimia setiap tahunnya memakan dana lebih dari US$ 20 miliar atau lebih dari Rp 200 triliun. Sementara data impor kurang lebih senilai US$ 100 miliar.
Dengan demikian, importasi sektor bahan petrokimia dan kimia, menempati porsi 30% dalam impor domestik, sementara 30% lainnya ditempati sektor barang modal, dan 30% adalah bahan konsumsi.
Tidak hanya itu, Sigit juga menambahkan, sejak 1998 industri kimia dan petrokimia juga tidak mengalami perkembangan investasi yang berarti.
"Maka dari itu kami akan prioritaskan industri petrokimia. Cara yang ditempuh salah satunya adalah mendorong inovasi dalam substitusi bahan kimia dari hulu," jelasnya.
TAG#Industri Kimia, #Petrokimia, #Defisit
198736851
KOMENTAR