Konferwil NU Jabar Kerumitan dan Magnit Politiknya

Hila Bame

Friday, 24-09-2021 | 06:52 am

MDN

 


Oleh. :  Adlan Daie
Analis politik /Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat

JAKARTA, INAKORAN

Pertanyaan siapa kandidat Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat (Jabar) untuk  masa khidmat lima tahun ke depan yang "paling" berpeluang terpilih dalam konferwl NU Jabar  2021, meminjam istilah Burhanudin Muhtadi, Analis politik, putera seorang tokoh NU di Rembang Jateng, adalah salah satu pertanyaan "kekecualian politik" yang rumit dan tidak simplistis untuk dijawabnya. Kerumitannya bukan saja sulit dipahami "orang luar", bahkan oleh pengurus NU Jabar sendiri tentu termasuk penulis.


BACA:  

Kementerian PUPR Bangun Jaringan Irigasi Tersier Cileunya Melalui Program Padat Karya 

 


Kerumitannya dari sisi tradisi NU forum konferwil sangat "lentur" sebagaimana lenturnya tafsir kaidah "ushul fiqih" yang sulit diringkas dalam satu perspektif tunggal. Dari sisi politik forum konferwil punya magnit daya tarik dan pesona untuk sekurang kurangya kekuatan politik dan partai politik di luarnya ikut memainkan pengaruhnya untuk investasi elektoral pileg, pilpres dan pilkada 2024 di Jabar.  Itulah takdir NU, rumit sekaligus punya daya tarik yang dahsyat untuk direbut "hatinya" meskipun mudah pula dilupakan pasca "pesta politik" berakhir.


Dalam konteks "pesona politik" di atas itulah penulis memahami saat salah.seorang sahabat pengurus NU "membocorkan" informasi bahwa bukan hanya PKB yang melibatkan diri dalam proses kontestasi Konferwil Jabar 2021, bahkan ditengarai sejumlah bupati dari partai politik tertentu dan jaringan "kekuasaan politik" Jabar ikut ditarik dan aktif memainkan pengaruhnya dalam kontestasi konferwil ini. Tak jarang "tim sukses" masing masing kandidat berdebat keras dengan semangat tinggi mengklaim peluang kemenangan calonnya sendiiri.


Di situlah letak kerumitan menjawab  pertanyaan di awal tulisan di atas tentang siapa "paling" berpeluang terpilih. Selain watak.NU lentur menikmati tumpang tindih silang saling kekuatan politik yang terlibat untuk mempengaruhi pilihannya tapi juga faktor "kecerdasan" para pemilik suara (para Rois dan ketua PCNU)  dalam menimbang aspek maslahat dll. Mereka tidak boleh diganti dengan modus rekayasa tatib atau modus lainnya untuk menghindari "keributan" kecuali yang bersangkutan melimpahkan mandatnya atau telah berganti namanya dalam SK PBNU.

Dalam perspektif  kerumitan kerumitan di atas deteksi paling jauh siapa kelak terpilih menjadi Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah dapat dibaca dari varian efektifitas back up "politik"nya. Dalam konteks ini dari sudut pandang penulis siapa pun kandidat yang  diback up PKB  memiliki "peluang lebih" dibanding varian back up politik lainnya. 


PKB memiliki nyaris semua instrument untuk memenangkan kandidat yang  didukungnya sejauh full power politiknya dimaksimalkan dengan timing yang tepat dan peran "kekhususannya" sebagai partai "anak tunggal ideologis" NU yang tidak dimiliki varian kekuatan politik lainnya. PKB lebih mudah masuk ke "sel sel" jaringan NU kecuali PKB "bermain setengah kaki'.


Di atas segala kerumitannya itu mari kita nikmati proses konferwil NU Jabar ini dengan cara "sederhana" dan terima lah siapa pun kelak  Rois Syuriah dan Ketua Tanfidiyah terpilith PWNU Jabar masa khidmat lima tahun ke depan baik terpilih sesuai peta prediksi sebelumnya maupun  "kejutan" akhir di ujung forum konferwil.

TAG#PBNU, #ADLAN DAIE, #PKB

198737226

KOMENTAR