Konflik Antaragama, Politisasi Domestik, dan Kiriman Dinamika Global

Timoteus Duang

Friday, 14-10-2022 | 13:59 pm

MDN
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Yahya Cholil Staquf

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Indonesia memiliki gen toleransi yang kuat dalam darah kebangsaan yang memungkinkan masyarakat bisa hidup rukun di tengah keberagaman. Nenek moyang bangsa ini telah mewariskan pengalaman hidup harmonis yang patut kita teladani.

 

Akan tetapi, hari-hari ini kerap muncul masalah yang berkaitan dengan rendahnya semangat toleransi, terutama dalam hubungan antar agama. Kisruh pembangunan gedung gereja di Cilegon beberapa waktu lalu, boleh disebut sebagai satu dari beberapa contoh.

Lantas, jika bangsa ini mewarisi gen toleransi yang kuat, dari mana munculnya kecenderungan untuk saling menyerang atas dasar perbedaan?

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf, masalah itu datang dari dunia luar. Masalah yang muncul akibat perbedaan agama di Indonesia bukanlah hal yang baru karena sudah lama menjadi pergulatan bersama.

 


Baca juga

Menko Airlangga: Rantai Nilai Global Untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi


 

Setiap kali kita selesaikan masalah yang satu, masalah baru yang hampir serupa juga selalu muncul. Masalah-masalah baru itu merupakan kiriman dari pihak luar yang sengaja didesain dan dikirim masuk ke Indonesia.

"Karena sebagian dari masalah-masalah yang muncul di hadapan kita di dalam negeri itu memang praktis kiriman yang disengaja oleh pihak-pihak dari luar. Apa boleh buat, memang ada. Yang begitu-begitu memang ada," ungkap Gus Yahya di Kantor Pusat PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).

Oleh karena itu, Gus Yahya menegaskan bahwa penyelesain masalah-masalah serupa ini tidak bisa ditempuh hanya secara domestik, tetapi harus melibatkan gerakan-gerakan global.

 


Baca juga

Gerindra Masih Buka Peluang untuk Koalisi dengan Parpol Mana pun


 

Dunia internasional harus dilibatkan dalam usaha bersama menyelesaikan masalah toleransi antaragama, baik di dalam negeri maupun di luar. Harus dibentuk satu strategi global yang disepakati bersama agar kehidupan bersama yang lebih harmonis dapat tercipta.

"Bahwa itu semua adalah masalah yang muncul belakangan, sebagian karena politisasi domestik, sebagian lagi karena kiriman dari dinamika global. Maka upaya seperti ini (R20), dalam pandangan kami harus dilakukan. Supaya seluruh dunia ikut terlibat dalam mencari jalan keluar masalah ini," kata Gus Yahya.

 

KOMENTAR